Definisi dzikir
Kata dzikir menurut bahasa artinya ingat, sedangkan dzikir menurut pengertian syari’at itu mempunyai banyak varian makna, namun yang paling sering berlaku adalah mengingat allah dengan maksud untuk mendekatkan diri kepadaNya.
Ajaran Dzikir ini sebetulnya amalan ibadah yang sangat ringan di kerjakan, tatacara nya pun tidak ada syarat-syarat tertentu seperti halnya ibadah yang lain, boleh dalam keadaan suci atau tidak, sebagaimana di kemukakan oleh Imam Nawawi, bahkan pelaksanaannya boleh dilakukan dalam keadaan berdiri, duduk, maupun tidur, namun masih banyak sekali diantara kita yang masih lalai dan enggan untuk senantiasa berdzikir, padahal sangatlah besar sekali manfaat dari dzikir tersebut, dan ancamannya pun sangatlah besar pula bagi yang meninggalkannya.
Macam-Macam Dzikir
- Dzikir Sirry (diam-diam) dan Dzikir Jahri (bersuara).
Lebih utama yang mana? Dalam hal ini ulama berbeda pendapat dan masing-masing mengemukakan hujjahnya, namun Imam Nawawi mengkompromikan kedua pendapat tersebut bahwa Dzikir sirry lebih utama jika dikhawatirkan riya’ atau mengganggu orang sholat dan orang tidur, adapun kondisi selain itu maka dzikir Jahr lebih utama, karna memang pekerjaannya lebih banyak, manfaatnya bisa dirasakan orang lain yang mendengarkan, bisa menghilangkan rasa kantuk, dan mampu membuat semangat.
Sebagian ulama berpendapat bahwa dianjurkan untuk dzikir yang mana sebagiannya dengan Jahr dan sebagiannya lagi dengan sirry, karna terkadang orang merasa bosan jika terus menerus dengan salah satu jenis dzikir saja, menurut pendapat ini berarti tergantung kondisi hati seseorang yang melakukan dzikir.
- Dzikir Lisan dan Dzikir Hati.
Dalam hal ini Imam Nawawi berkata : “Dzikir itu bisa dengan hati juga dengan lisan, namun yang lebih utama adalah penggabungan antara keduanya, jika seseorang hendak memilih salah satunya, maka dzikir dengan hati lebih utama, adapun dzikir lisan tetap tidak boleh ditinggalkan walaupun ada hasrat ingin riya’, dan harus di lakukannya dengan niat mengharap ridla Allah.”
Fudhail bin Iyadh berkata : “Meninggalkan amal perbuatan baik karena manusia adalah riya’, karena jika seseorang membuka pintu untuk selalu mengikuti dugaan hasrat riya’, niscaya akan tertutup baginya banyak pintu-pintu kebaikan sekaligus akan menyia-nyiakannya.”
- Dzikir Sendiri dan Dzikir Berjamaah
Syaikh Abdul Qadir Isa berkata : “Ibadah yang dilakukan secara berjamaah termasuk didalamnya dzikir kepada allah itu lebih utama dari pada ibadah yang dilakukan dengan sendirian, karena dzikir secara berjamaah itu dapat mempertemukan banyak hati, mewujudkan saling tolong menolong dan memungkinkan terjadinya tanya jawab, sehingga yang lemah mendapat bantuan dari yang kuat, yang berada dalam kegelapan mendapat bantuan dari yang telah tersinari,yang kasar mendapat bantuan dari yang lembut, yang bodoh mendapat bantuan dari yang pintar.”
Bahkan Rasulullah shallahu`alaihi wasallam sendiri menyebut sekumpulan orang yang melakukan dzikir dengan sebutan taman surga, sebagaimana diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah shallahu`alaihi wasallam bersabda : “Apabila engkau melewati taman-taman surga, maka berhentilah”, para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah apa itu taman surga?”. Beliau menjawab, “Taman surga adalah halaqah-halaqah dzikir”. (HR.Tirmidzi).
Namun dari sini juga tidak menutup kemungkinan untuk tidak melakukan dzikir secara sendirian, bila memang untuk melakukannya secara berjamaah tidak memungkinkan.
Pentingnya Dzikir
Di abad modern ini, disaat derasnya arus westernisasi yang berciri khas materialistik mengglobal ke seluruh dunia, terlebih fahamnya yang mulai merasuk kedalam hampir setiap benak kaum muslim, membawa dampak negatif sehingga banyak diantara kita yang menganggap bahwa kebahagiaan itu hanya bisa di capai dengan materi, bahkan ungkapan terkenal mereka “waktu adalah uang” sangat masyhur seakan tujuan hidup ini hanya untuk mencari materi, dan hanya dengan materilah kebahagiaan dapat di capai.
Benarkah demikian jika di tinjau dalam perspektif islam? Tidaklah benar, walaupun dalam islam dianjurkan untuk bekerja keras mencari kehidupan materi duniawi (bekerja) , tetapi islam tidak hanya melulu memperhatikan aspek materi (dzhohir) saja, ada yang lebih penting dari itu yakni aspek spiritualitas (hati), lantas untuk apa mempunyai materi yang berlimpah tetapi tidak mendapatkan ketenangan hati dan jiwa? seperti kasus-kasus yang terjadi di barat, di tengah kemajuan materinya yakni sains, teknologi, dan infrastuktur pembangunannya yang sekilas menyilaukan mata, ternyata di balik itu juga tingkat kasus bunuh dirinya tinggi, kriminalitas yang merajalela, maraknya kasus pelecehan seksual, tingkat perceraian tinggi, itu semua di sebabkan karena mereka tidak memiliki ketenangan hati dan jiwa yakni gersangnya aspek spiritualitas mereka.Islam hadir sebagai solusi atas permasalahan tersebut, ajaran spiritualitasnya yang mampu menyirami hati dari kegersangan sehingga mampu menciptakan ketenangan hati dan jiwa, maka disinilah peran utama Dzikir.
Sebagian ulama ada yang mengumpamakan dzikir sebagai nutrisi bahkan makanan pokok bagi hati, jika hati sudah hidup dan terpenuhi nutrisinya dengan dzikir, maka orang tersebut akan mengalami ketenangan dalam hidupnya, aktifitasnya pun pasti akan mengarah terhadap hal-hal yang baik, karna jika hati baik, maka seluruh anggota tubuh pun niscaya akan melakukan aktivitas yang baik, jika hati buruk maka seluruh anggota tubuh pun niscaya akan melakukan aktivitas yang buruk pula , sebagaimana di sebutkan dalam hadist arbain nawawi yang ke-4.
Imam Ibnu Qoyyim Al-Jauzi berkata : “Tidak samar lagi bahwa hati itu bisa berkarat sebagaimana besi yang bisa berkarat, adapun untuk menghilangkan karat yang menempel didalam hati itu adalah dengan dzikir, bahkan dengannya bisa membuat hati mengkilap dan bercahaya.”
Jadi, kunci dari kebahagiaan adalah terletak dalam ketenangan hati dan jiwa, yakni kekuatan spiritual, karna percuma saja jika kekuatan materil yang tidak diimbangi dengan kekuatan spiritual maka akan sia-sia bahkan mengalami kebinasaan, tetapi jika kekuatan spiritual sudah mumpuni kekuatan materil pun pasti akan mengikuti, seperti halnya perjuangan bangsa indonesia dalam melawan penjajah belanda yang hanya dengan menggunakan bambu runcing, tetapi dengan kekuatan spiritual yang luar biasa yakni dengan teriakan dzikir lafadz Allahu Akbar mampu mengalahkan penjajah belanda dengan segenap materil peralatan perang canggihnya.
Faedah Dzikir
Ketenangan Hati dan meringankan berbagai penyakit.
Penelitian ilmiyah terbaru menegaskan bahwa Dzikir kepada Allah itu dapat menambah stabilitas sistem kerja tubuh, karena mampu menyusun sistem hormon dan memperbaiki sistem detak jantung, sehingga jiwa pun merasakan akan adanya ketenangan, dan dalam berbagai penelitian islam di Amerika, menetapkan bahwa dzikir kepada allah dapat meringankan berbagai penyakit, sehingga menyimpulkan bahwa orang yang beriman kepada Allah mempunyai potensi kesembuhan lebih cepat daripada orang yang tidak beriman kepada Allah, penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa bentuk gelombang dari otak bisa berubah menjadi baik saat melakukan dzikir kepada Allah, oleh karena itu para ahli medis menasihati akan pentingnya dzikir kepada Allah saat menderita sakit, Maha suci Allah yang telah memerintahkan kita berdzikir dan menjadikan dzikir tersebut sebagai sarana ketentraman, ketenangan bagi hati dan jiwa, oleh karena itu Allah subhanahu wata’ala berfirman :
ُالَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (28)
Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram sebab mengingat Allah, Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du : 28)
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram sebab mengingat Allah, Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.
QS. Ar-Ra’du : 28
Bahaya meninggalkan Dzikir
Dikategorikan sebagai orang munafik, yang mana kelak nantinya akan berada di dasar neraka yang paling dalam, Abu Hasan As-Syadziliy berkata : “Diantaranya ciri orang munafik adalah beratnya lisan untuk mengucap dzikir, maka dari itu bertaubatlah kepada Allah, nicaya lisanmu akan ringan dan mudah untuk berdzikir”. Hal ini selaras dengan apa yang terekam dalam Al-Quran ketika Allah mensifati orang-orang munafik :
وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Artinya : “Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) mengingat Allah melainkan hanya sedikit.” (QS. An-nisa 142)
Semoga kita semua terhindar dari sifat munafik dengan senantiasa banyak berdzikir mengingat Allah Ta’ala, Amin.