Mencari ilmu agama merupakan kewajiban bagi setiap orang islam karena beragama dengan benar hanya bisa dilakukan dengan ilmu. Islam menjadi kuat karena tradisi keilmuannya. Tradisi keilmuan agama islam tidak sekedar berbicara tentang materi ilmu tapi sangat menjaga dan memperhatikan sanad atau mata rantai keilmuan. Hal inilah yang akan menjaga kemurnian ajaran agama. Dari sini bisa kita pahami bahwa sanad merupakan bagian dari agama.
قال ابن المبارك: الإسناد من الدين، ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء.(مقدمة صحيح مسلم)
Imam Ibnu al Mubarak berkata : Sanad itu termasuk bagian dari agama. Jika tidak ada sanad maka siapapun bebas berbicara apa saja yang dia kehendaki.
Sanad keilmuan yang dimaksud adalah ilmu yang diperoleh jelas asalnya, yaitu berasal dari guru yang bersambung dengan sumber awalnya.
Dari penjelasan tersebut penting bagi kita umat islam untuk belajar atau mengaji pada kyai atau guru yang bersanad sampai Rasulillah Muhammad SAW. Jangan sampai kita belajar atau mengaji pada guru yang tidak jelas sanad keilmuannya
Nabi Muhammad SAW Bersabda :
إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم . رواه مسلم
“Sesungguhnya ilmu adalah bagian dari agama, maka lihatlah dari siapa engkau mengambil agama kalian.”
Ulama adalah pewaris para Nabi. Setelah Rasulillah Muhammad SAW wafat dan meninggalkan umatnya maka warisan keilmuan menjadi tanggung jawab para Ulama yang bersanad sampai Rasulillah Muhammad SAW.
Sampai saat ini sanad keilmuan agama islam terus terjaga dengan baik. Hampir bisa dipastikan para penghafal al Qur’an (hamala al Qur’an) bersambung sanadnya dari guru yang sanadnya sambung menyambung sampai kepada para Sahabat yang belajar langsung dari Baginda Rasulullah SAW. Begitu juga ulama-ulama hadist menyandarkan hadist yang diriwayatkan kepada para rawi hadist yang juga tersambung dari sumber awalnya yaitu Rasulullah Muhammad SAW. Disiplin ilmu lainnya juga memberlakukan ketentuan yang sama, ulama ahli fiqih (fuqoha) berguru pada ulama yang akhir sanadnya sampai Rasulillah muhammad SAW
Dalam hadist yang berstatus mutawatir Rasulullah Muhammad SAW memperingatkan kepada kita agar jangan sampai menyampaikan perkara yang tidak pernah disampaikan oleh beliau.
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ» رواه البخاري
Barangsiapa berdusta atas diriku dengan sengaja maka tempatnya adalah dineraka
Oleh karenanya sebagai insan pesantren kita patut bersykur yang mana selama ini kyai dan guru-guru kita tidak hanya menyampaikan dan menilai keilmuan dari kualitas pembahsannya saja, namun kualitas ketersambungan sanad menjadi standar pembelajaran di pondok pesantren yang berhaluan ahlus sunnah wal jama’ah untuk menjaga ke-ountetikan ilmu yang diajarkan.
والله أعلم بالصواب
Penulis : K. Zaenal amin, Ketua Ma’had Aly Iqna’ Ath-Thalibin PP. Al-Anwar 1 Sarang Rembang.