Sudah lazim diketahui bahwasanya kita hidup di dunia ini berdampingan dan dengan latar belakang keluarga yang berbeda-beda. Ada yang dari keluarga petani, nelayan, pedagang, pejabat, atau bahkan pegawai negeri. Oleh karena itu rezeki yang kita peroleh pasti juga berbeda-beda pula. Ada yang sedikit adapula yang banyak. Dengan itu kita masih bisa makan, minum dan memenuhi kebutuhan hidup dengan semestinya. Maka dari itu sudah selayaknya kita bersyukur kepada Allah Swt atas segala nikmat yang telah diberikan pada kita.
- Definisi Syukur
Syukur adalah suatu pengetahuan di dalam hati, menyebut dengan perantara lidah, dan melakukan pekerjaan dengan anggota tubuh. Syukur adalah pengakuan kerendahan hati kita kepada Allah dan bentuk rasa berterimakasih kita kepada-Nya atas segala nikmat yang telah Allah berikan pada kita.
Dari sini, kita mengetahui bahwasanya segala kenikmatan itu datang dari Allah Swt.
Sebagaimana firman Allah :
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
Artinya: “Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah.” (An- Nahl : 53 )
Adapun kenikmatan yang kita dapatkan dari orang lain seperti halnya sedekah. Itu sebenarnya mereka hanya perantara saja. Sedangkan hakikatnya ada Allah yang membantu dan menggerakkan hati mereka untuk berbuat baik kepada kita. Oleh karena itu kita harus bersyukur kepada-Nya.
Nabi bersabda :
أشكر الناس لله أشكرهم للناس
Artinya : “Lebih bersyukurnya manusia kepada Allah adalah orang yang lebih bersyukur (rasa terima kasih) kepada sesama manusia.”( HR. Thobroni )
Mengapa Kita Harus Bersyukur?
- Bersyukur itu merupakan perintah Allah Swt sebagaimana firman-Nya:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
Artinya: “Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.”( Al Baqoroh : 152 )
Dalam ayat di atas Allah memerintahkan kita agar senantiasa bersyukur secara umum, yaitu berupa kenikmatan duniawiyyah seperti kesehatan dan harta yang halal. Begitu juga kenikmatan dinniyyah seperti ilmu dan taufik untuk beramal. Serta kenikmatan ukhrowiyyah seperti mendapatkan pahala dari beramal sholeh.
- Karena dengan bersyukur itu bisa menjadi penopang tegaknya agama. Ibnu Al-Qoyyum mengatakan dalam kitab Al-Fawa’id yang artinya “Bangunan agama ini di topang oleh dua pondasi yaitu zikir dan syukur.”
- Ketika kita bersyukur maka Allah akan tumbuhkan nikmat yang kita peroleh itu menjadi semakin banyak sebagaimana firman Allah:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Q.S. Ibrahim : 07 )
Ibnu Atho’illah Assakandary dalam kitab Al-Hikam mengatakan:
من لم يشكر النعم فقد تعرّض لزوالها ومن شكرها فقد قيّده بعقالها
Artinya: “Siapa yang tidak mesyukuri nikmat-nikmat Allah maka berarti ia telah berusaha menghilangkannya. Dan barangsiapa mensyukurinya maka ia telah mengikat nikmat-nikmat Allah (dengan ikatan yang kuat).”
- Keempat, termasuk golongan yang langka atau sedikit yaitu orang yang mau bersyukur kepada Allah
Sebagaimana firman Allah :
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
Artinya : Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur. (Q.S. Saba’ :13 )
Di akhir zaman banyak orang yang akan mengkufuri (ingkar) pada nikmat yang telah Allah berikan pada mereka. Mereka beranggapan bahwa kesuksesan yang ia raih dan juga ia capai itu berkat usaha mereka sendiri. Padahal sejatinya semua itu anugerah dari Allah
Sebagaimana firman Allah :
وَإِنَّ رَبَّكَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَشْكُرُونَ
Dan sungguh, Tuhanmu benar-benar memiliki karunia ( yang diberikan-NYA) kepada manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya. (Q.S. An-Naml : 73 )
- Cara Bersyukur
Syukur bisa dilakukan dengan tiga cara ; syukur dengan hati, lisan, dan anggota badan. Ibnu Al-Qoyim Al-Jauiziyah dalam kitab Madarijus Shalikhin mengatakan yang artinya, “syukur adalah menunjukkaan adanya nikmat Allah pada dirinya” Hal ini bisa dilakukan dengan lisan yaitu berupa pujian dan mengucapkan lafaz Alhamdulillah dalam keadaan sadar diri bahwa ia telah diberi nikmat. Juga bisa dilakukan dengan melalui hati berupa persaksian bahwa segala kenikmatan itu datangnya dari Allah. Dan yang terakhir dengan melalui anggota badan berupa beramal sholeh dan selalu taat kepada Allah. Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa Rasulullah SAW yang dijamin sudah masuk surga ternyata kualitas dan kuantitas ibadahnya justru luar biasa. Hal ini demi menjadi orang yang paling bertakwa kepada Allah bahkan sampai-sampai kaki beliau memar dan lecet karena salat malam. Ketika ditanyakan oleh sahabat, termasuk istri beliau Sayyidah Aisyah, “Mengapa engkau masih beribadah sedemikian rupa wahai Rasulullah?, Bukankah dosamu yang lalu dan yang akan datang sudah di ampuni oleh Allah?” Beliau menjawab singkat, “apa tidak boleh aku menjadi seorang hamba yang suka bersyukur”. (HR. Bukhori Muslim )
- Faktor Hilangnya Kenikmatan Karena Tidak Mau Bersyukur
Menggunakan kenikmatan anggota tubuh kita untuk melakukan kemaksiatan menyebabkan kenikmatan itu di cabut oleh Allah Swt.
Seperti yang di ungkapkan Sayyiduna Ali Bin Abi Tholib dalam syairnya :
إذا كنت في نعمة فارعها فإن المعاصي تزيل النعم
وحافظ عليها بتقوى الإله فإن الإله سريع النقم
Artinya: “Bila kamu mendapat kenikmatan maka jagalah, sebab maksiat menghilangkan kenikmatan”
“Jagalah kenikmatan itu dengan bertakwa kepada Tuhan, sebab Tuhan Maha Pemberi Balasan”
Imam Junaid berkata, “aku berkunjung kepada Assary Assaqoti pada saat umurku tujuh tahun dan orang-orang disekeliling Assary Assaqoti sedang membicarakan syukur.
Assary Assaqoti bertanya kepadaku, “wahai anak kecil apa syukur itu?”
Aku menjawab, “kenikmatan yang diberikan Allah dan tidak digunakan untuk bermaksiat kepada-Nya.
Assary Assaqoti berkata, “aku khawatir bagianmu dari kenikmatan Allah itu berada di lidahmu.”
Maka setelah itu aku terus menerus menangis sebab perkataan Assary Asssaqoti.
Kisah Syekh Al-Qodhi Abu Suja’ pengarang kitab Matan Taqrib yang terkenal itu cukup untuk kita jadikan pelajaran. Dikisahkan beliau hidup selama seratus enam puluh tahun akan tetapi tak satupun anggota badanya yang terkena penyakit, semuanya normal dan berfungsi dengan baik. Ketika ia ditanya tentang resepnya ia menjawab, “aku tidak pernah bermaksiat kepada Allah dengan anggota tubuh sebagaimana aku menjaganya dulu di masa muda, maka Allah menjaganya di masa tua”.
Semoga Allah memberikan segala kemudahan bagi kita untuk menjadi hamba yang selalu bersyukur dan juga berharap mendapat taufik serta hidayah-Nya.
Oleh: Navidz Abror Ss
Samsung Demo Phone
The Samsung Demo Phone currently tops our rank of the greatest Samsung phones available, beating even the pricier iPhone Ultra Max Mega.
So unsurprisingly this is an absolutely fantastic phone. The design isn't massively changed from the previous generation, but most other elements have been upgraded. This is what we call a big boost.
-
Display
-
Performance
-
Features
-
Usability
-
Battery Life