Jalan Hidup Ulama Sufi
Tasawuf merupakan ilmu untuk mengetahui bagaimana seseorang bisa membersihkan jiwanya dari sifat-sifat buruk, serta menghiasinya dengan kebaikan. Dan puncak dari itu semua adalah makrifat kepada Allah subhanahu wata’ala. Sedangkan orang yang meniti jalan untuk mencapai makrifat Allah dinamakan sufi.
Dalam menjalani hidup, ulama Sufi dan Waliyullah lebih mendahulukan kemaslahatan akhirat dari pada kemaslahatan dunia. Hal ini disebabkan pengetahuan mereka mengenai derajat dunia yang tidak sebanding dengan derajat yang ada di akhirat.
Ulama sufi yang telah mencapai derajat yang tinggi, mengetahui bahwa kenikmatan makrifat dan ahwal rohaniyyah merupakan kenikmatan paling mulia. Oleh sebab itu, mereka lebih mengutamakan keduanya dari pada kenikmatan dunia, bahkan akhirat. Seandainya semua orang merasakan apa yang dirasakan oleh para sufi, niscaya mereka akan mengikuti apa-apa yang dilakukan oleh para Sufi. Mereka tidak lelah dalam beribadah, selalu mengasingkan diri untuk mendekat.
Untuk mendapatkan fadhilah kemakrifatan, ada sebagian ulama Sufi yang mencapainya tanpa bersusah payah, sehingga ahwal rohaniyyah tumbuh dalam diri mereka tanpa usaha dan kerja keras. Sedangkan Sufi yang lain bersusah payah untuk mendapatkan fadhilah kemakrifatan dengan cara menumbuhkan ahwal rohaniyyah dalam dirinya. Dengan demikian, ulama Sufi dibagi menjadi dua. Pertama, seorang Sufi yang dengan mudah mendapatkan fadhilah kemakrifatan. Kedua, Seorang Sufi yang mendapatkanya dengan bekerja keras dan susah payah.
Orang-orang yang telah bersusah payah untuk memperoleh kemakrifatan, namun ia belum mendapatkanya. Maha Suci Allah yang telah memberi kemakrifatan kepada orang-orang tertentu, tanpa harus bekerja keras dan tanpa pencarian petunjuk dan ketekunan. Allah sangat dermawan memberi dan menyirami jiwa para Sufi dengan mata air jernihNya dan bening anugerahNya. Allah menyibukkan mereka untuk selalu beribadah dan hanya menghadap kepadaNya. Tidak ada kesusahan bagi mereka, kecuali karenaNya, tidak ada sesuatu yang membahagiakan, kecuali karenaNya, tidak berpegang teguh kecuali kepadaNya. Semua itu dilakukan oleh para sufi, karena mereka sadar tidak ada tempat berlindung kecuali hanya kepada Allah subhanahu wata’ala. Mereka ridlo terhadap qadaNya, sabar akan berbagai cobaanNya dan syukur terhadap segala nikmatNya. Apa yang dianggap sempit oleh orang lain, namun luas menurut ulama Sufi, dan apa yang dianggap luas oleh orang lain, sempit bagi mereka.
Jalan Makrifat
‘Ibrah Karomah
Cahaya matahari akan tenggelam di malam hari, namun cahaya hati tak akan pernah tenggelam jua
JOHN MCCARTHY
Allah Maha Mengetahui kualitas dan kuantitas setiap hambaNya, dan akan memberikan sesuatu sesuai dengan kemampuan mereka. Sehingga tidak mengherankan jika cahaya para aulia ditutupi dan disembunyikan. Tidakkah harta karun kerap dikubur? Dan rahasia selalu dijaga?. Hal ini dilakukan agar sirri (rahasia) para aulia menjadi bagian dari yang ghaib dan agar semua orang mukmin mengimaninya sebagai sesuatu yang ghaib.
Selain itu, Allah subhanahu wata’ala tidak tertarik untuk memperlihatkan nur di alam yang tidak memiliki keabadian ini. Allah subhanahu wata’ala lebih tertarik untuk menampakkan keutamaan para auliya –nanti– di istana keabadian, alam Akhirat. Di akhirat, semua yang tertutup ketika di dunia, akan tampak jelas. Segala kagungannya. Segala pancarannya.
Oleh: Ah. Maimun Nafis