Hari Arafah merupakan salah satu hari paling mulia dalam kalender Islam. Dalam Tafsir al-Razi atau Mafâtih al-Ghayb, Imam Fakhruddin ar-Razi menyebutkan bahwa Hari Arafah memiliki sepuluh nama, lima di antaranya khusus untuk hari tersebut dan lima lainnya bersifat umum dan digunakan juga untuk hari atau peristiwa lainnya.
Lima Nama Khusus untuk Hari Arafah
1. Nama pertama dan paling terkenal adalah Arafah.
Mengenai asal usul nama ini, Imam ar-Razi menyebutkan terdapat tiga pendapat utama:
1. Berasal dari kata “ma’rifah” (معرفة) – pengenalan atau pengetahuan.
Ada delapan kisah yang mendasari pendapat ini, di antaranya:
- Pertemuan Nabi Adam dan Hawa di Arafah, Pendapat pertama dinukil dari Ibn Abbas, yang menyatakan bahwa setelah Nabi Adam dan Hawa diturunkan dari surga, Adam mendarat di daerah yang disebut “Sarandib” (Sri Lanka), sementara Hawa di Jeddah. Dalam pencarian satu sama lain, mereka akhirnya bertemu di tempat yang kini dikenal sebagai Arafah. Di tempat itulah mereka saling mengenal kembali setelah berpisah lama. Oleh karena itu, dinamakanlah tempat itu sebagai Arafah (tempat saling mengenal), dan harinya disebut Arafah.
- Pengajaran Malaikat Jibril kepada Adam, Pendapat kedua mengatakan bahwa Malaikat Jibril mengajarkan kepada Nabi Adam tentang manasik (tata cara) ibadah haji. Ketika Adam berhenti di Arafah, Jibril bertanya, “A‘arafta?” (Apakah kamu sudah mengenal?), dan Adam menjawab, “Na‘am” (Ya). Maka tempat itu pun dinamakan Arafah, sebagai simbol pengenalan dan pemahaman Adam terhadap ibadah haji.
- Nabi Ibrahim Mengenal Tempat Itu Berdasarkan Deskripsi, Pendapat ketiga dinisbatkan kepada Ali bin Abi Thalib, Ibn Abbas, Atha’, dan al-Suddi. Mereka menyebut bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengenal tempat Arafah berdasarkan deskripsi dan ciri-ciri yang telah diturunkan kepadanya. Ketika ia sampai di tempat itu dan menyadari bahwa itulah tempat yang dimaksud, maka disebutlah tempat itu Arafah.
- Tanya Jawab Jibril kepada Ibrahim Tentang Manasik, Menurut pendapat keempat, Malaikat Jibril juga mengajarkan manasik haji kepada Nabi Ibrahim dan membimbingnya ke Arafah. Ketika sampai di sana, Jibril bertanya, “Apakah engkau sudah tahu di mana harus thawaf dan di mana harus berhenti?”, dan Ibrahim menjawab, “Ya.” Maka dinamakanlah tempat itu Arafah karena pengakuan Ibrahim terhadap pemahaman manasik haji tersebut.
- Pertemuan Kembali Ibrahim dan Keluarganya, Pendapat kelima menyatakan bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihissalam pernah meninggalkan istrinya Hajar dan anaknya Ismail di Mekah, lalu kembali ke Syam dan tidak bertemu mereka selama bertahun-tahun. Kemudian, mereka bertemu kembali di tempat Arafah pada hari Arafah. Maka dinamakanlah tempat itu sebagai Arafah, sebagai tempat pertemuan kembali dan saling mengenal setelah lama berpisah.
- Kisah Mimpi Nabi Ibrahim, Pendapat keenam berkaitan dengan kisah mimpi Nabi Ibrahim yang diperintahkan untuk menyembelih anaknya, Ismail. Meskipun tidak dijelaskan secara detail dalam kutipan, sebagian ulama mengaitkan peristiwa itu dengan tempat Arafah karena di sanalah berbagai proses ketaatan dan pengenalan terhadap kehendak Allah terjadi.
- Jamaah Haji Saling Berkenalan, Pendapat ketujuh bersifat lebih sosial. Menurutnya, hari Arafah dan tempat Arafah dinamakan demikian karena para jamaah haji dari seluruh penjuru dunia berkumpul di sana, saling bertemu dan berkenalan (ta‘aruf). Ini adalah momen besar persaudaraan dan ukhuwah Islamiyah.
- Allah Memperkenalkan Diri-Nya dengan Ampunan dan Rahmat, Pendapat kedelapan merupakan makna spiritual dari nama Arafah. Disebut demikian karena pada hari itu, Allah subhanahu wa ta‘ala memperkenalkan diri-Nya kepada para hamba-Nya dengan ampunan dan rahmat-Nya yang luas. Arafah menjadi simbol kedekatan antara hamba dan Rabb-nya.
2. Berasal dari kata “al–i’tirāf” (الاعتراف) – pengakuan.
Karena para jamaah haji mengakui keesaan dan kebesaran Allah, serta mengakui kelemahan diri mereka sendiri, seperti yang dilakukan Nabi Adam dan Hawa ketika mereka berkata: “Rabbanaa ẓalamnaa anfusanaa…”
3. Berasal dari kata “al-‘urf” (العرف) – aroma yang harum
Sebab orang-orang yang bertobat dan berwukuf di Arafah mendapatkan kemuliaan di sisi Allah, sehingga mereka seolah memiliki aroma yang harum karena bersih dari dosa.
2. Nama kedua, Hari Keputusasaan Orang Kafir terhadap Islam (يَوْمُ إِيَاسِ الْكُفَّار)
Pada hari ini, orang-orang kafir putus asa untuk dapat memadamkan cahaya Islam atau berharap kaum Muslimin akan kembali kepada agama mereka. Hal ini merujuk kepada firman Allah dalam Surah Al-Ma’idah ayat 3:
اَلْيَوْمَ يَىِٕسَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ دِيْنِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِۗ
“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agama kalian Oleh sebab itu, janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku.”
3. Nama Ketiga, Hari Penyempurnaan Agama (يَوْمُ إِكْمَالِ الدِّينِ)
Hari Arafah juga dikenal sebagai hari agama Islam disempurnakan oleh Allah SWT. Kelanjutan ayat Al-Ma’idah: 3 menyatakan:
…اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ ..ۗ
“…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu,… “
Ayat ini turun saat Nabi Muhammad ﷺ berwukuf di Arafah pada Haji Wada’.
4. Nama Keempat Hari Penyempurnaan Nikmat (يَوْمُ إِتْمَامِ النِّعْمَةِ)
Allah SWT menyempurnakan nikmat-Nya yang terbesar, yaitu nikmat Islam, pada hari Arafah. Masih dalam ayat yang sama disebutkan:
….وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ…..
“…Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu… “
Ini menunjukkan bahwa Islam adalah karunia terbesar yang Allah berikan kepada umat manusia.
5. Nama kelima Hari Keridhaan (يَوْمُ الرِّضْوَانِ)
Hari di mana Allah meridhai umat Islam yang berpegang teguh pada agama-Nya. Hari Arafah menjadi hari pengakuan keridhaan Allah terhadap agama Islam sebagai agama yang diridhai-Nya:
نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ
“… dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu… “
Lima Nama Umum yang Juga Disematkan kepada Hari Arafah
1. يوم الحج الأكبر (Yaumul Hajjil Akbar – Hari Haji Akbar)
Nama ini didasarkan pada firman Allah Ta‘ala dalam surah At-Taubah:
وَأَذَانٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى ٱلنَّاسِ يَوْمَ ٱلْحَجِّ ٱلْأَكْبَر
“Suatu maklumat dari Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar… ” (QS. At-Taubah: 3)
Nama ini diperdebatkan oleh para sahabat dan tabi’in mengenai penunjukannya: apakah merujuk pada Hari Arafah (9 Dzulhijjah) atau Hari Nahr (10 Dzulhijjah).
- Sebagian sahabat dan ulama, seperti Ali dan Ibnu Abbas, berpendapat bahwa yang dimaksud Hari Haji Akbar adalah Arafah, karena pada hari itu berlangsung wukuf, yaitu rukun terpenting dari ibadah haji. Dalam hadis: “Al-Hajju ‘Arafah” (Haji itu Arafah).
- Hasan al-Bashri mengatakan dinamai Haji Akbar karena pada hari itu berkumpul antara muslim dan kafir, lalu diumumkan secara terbuka bahwa tidak boleh lagi orang musyrik menunaikan haji setelah tahun itu.
- Ibnu Sirin berkata: dinamai demikian karena pada hari itu seluruh umat dari berbagai agama (Yahudi, Nasrani, dan lainnya) berkumpul, dan ini tidak terjadi sebelumnya maupun sesudahnya.
- Pendapat lain menyatakan bahwa yang dimaksud Hari Haji Akbar adalah Hari Nahr (10 Dzulhijjah), karena sebagian besar manasik haji terjadi di hari tersebut (penyembelihan, lempar jumrah, thawaf, tahallul, dll.).
2. الشفع (Asy-Syaf‘ – Hari Genap)
3. الوتر (Al-Watr – Hari Ganjil)
Dua nama ini diambil dari sumpah Allah dalam surat Al-Fajr:
وَٱلشَّفْعِ وَٱلْوَتْرِ
(QS. Al-Fajr: 3)
Sebagian ulama tafsir menyatakan bahwa “syaf‘” (genap) adalah Hari Nahr (10 Dzulhijjah) dan “watr” (ganjil) adalah Hari Arafah (9 Dzulhijjah). Ada pula yang memaknainya sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa dua hari ini termasuk waktu-waktu yang diagungkan oleh Allah, sehingga layak disandingkan dalam sumpah-Nya.
4. الشاهد (Asy-Syahid – Yang Menyaksikan)
5. المشهود (Al-Masyhud – Yang Disaksikan)
Dua nama ini diambil dari firman Allah dalam surat Al-Buruj:
وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ
(QS. Al-Buruj: 3)
- Syahid (yang menyaksikan) adalah Hari Jumat, karena seluruh amal manusia disaksikan oleh malaikat dan Allah pada hari itu.
- Masyhud (yang disaksikan) adalah Hari Arafah, karena pada hari itu Allah menyaksikan dan membanggakan hamba-hamba-Nya yang berkumpul di Arafah, memohon ampunan dan rahmat-Nya.
Hari Arafah bukan sekadar momentum ritual tahunan dalam ibadah haji, tetapi ia adalah hari yang penuh dengan simbol dan makna spiritual. Lima nama tambahan bagi Hari Arafah yang telah disebutkan di atas mencerminkan kemuliaan, pengampunan, dan persaksian Ilahiyah terhadap hamba-hamba-Nya.
Dari Hari Haji Akbar, hingga hari kesaksian, semua mengajarkan kita untuk merenung, memohon ampunan, dan memperbarui janji kita kepada Allah. Maka, selayaknya Hari Arafah dijadikan momen untuk memperkuat keimanan dan memperbanyak amal saleh, meskipun kita tidak sedang berhaji.
Penutup
Hari Arafah adalah hari agung yang mengandung makna historis, spiritual, dan teologis yang sangat dalam. Ia adalah momen pengenalan kembali manusia kepada Tuhan, tempat pengakuan dosa, dan saat puncak kedekatan antara hamba dengan Pencipta-Nya. Wukuf di Arafah adalah inti dari ibadah haji, dan momentum turunnya ayat tentang kesempurnaan agama menunjukkan kemuliaan hari ini. Maka tidak heran jika umat Islam dianjurkan untuk berpuasa dan memperbanyak ibadah di hari tersebut, walaupun tidak berhaji.
Referensi:
تفسير الرازي = مفاتيح الغيب أو التفسير الكبير (5/ 325)
وَأَمَّا يَوْمُ عَرَفَةَ فَلَهُ عَشَرَةُ أَسْمَاءٍ، خَمْسَةٌ مِنْهَا مُخْتَصَّةٌ بِهِ، وَخَمْسَةٌ مُشْتَرَكَةٌ بَيْنَهُ وَبَيْنَ غَيْرِهِ،
أَمَّا الْخَمْسَةُ الْأُولَى فَأَحَدُهَا: عَرَفَةُ، وَفِي اشْتِقَاقِهِ ثَلَاثَةُ أَقْوَالٍ:
أَحَدُهَا: أَنَّهُ مُشْتَقٌّ مِنَ الْمَعْرِفَةِ، وَفِيهِ ثَمَانِيَةُ أَقْوَالٍ
الْأَوَّلُ: قَوْلُ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ آدَمَ وَحَوَّاءَ الْتَقَيَا بِعَرَفَةَ فَعَرَفَ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ فَسُمِّيَ/ الْيَوْمُ عَرَفَةَ، وَالْمَوْضِعُ عَرَفَاتٍ، وَذَلِكَ أَنَّهُمَا لَمَّا أُهْبِطَا من الجنة وقع آدم بسر نديب، وَحَوَّاءُ بِجُدَّةَ، وَإِبْلِيسُ بِنِيسَانَ، وَالْحَيَّةُ بِأَصْفَهَانَ، فَلَمَّا أَمَرَ اللَّهُ تَعَالَى آدَمَ بِالْحَجِّ لَقِيَ حَوَّاءَ بِعَرَفَاتٍ فَتَعَارَفَا
وَثَانِيهَا: أَنَّ آدَمَ عَلَّمَهُ جِبْرِيلُ مَنَاسِكَ الْحَجِّ، فَلَمَّا وَقَفَ بِعَرَفَاتٍ قَالَ لَهُ: أَعَرَفْتَ؟ قَالَ نَعَمْ، فَسُمِّيَ عَرَفَاتٍ
وَثَالِثُهَا: قَوْلُ عَلِيٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ وَعَطَاءٍ وَالسُّدِّيِّ: سُمِّيَ الْمَوْضِعُ عَرَفَاتٍ لِأَنَّ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ عَرَفَهَا حِينَ رَآهَا بِمَا تَقَدَّمَ مِنَ النَّعْتِ وَالصِّفَةِ
وَرَابِعُهَا: أَنَّ جِبْرِيلَ كَانَ عَلَّمَ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ الْمَنَاسِكَ، وَأَوْصَلَهُ إِلَى عَرَفَاتٍ، وَقَالَ لَهُ: أَعَرَفْتَ كَيْفَ تَطُوفُ وَفِي أَيِّ مَوْضِعٍ تَقِفُ؟ قَالَ نَعَمْ
وَخَامِسُهَا: أَنَّ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَضَعَ ابْنَهُ إِسْمَاعِيلَ وَأُمَّهُ هَاجَرَ بِمَكَّةَ وَرَجَعَ إِلَى الشَّامِ وَلَمْ يَلْتَقِيَا سِنِينَ، ثُمَّ الْتَقَيَا يَوْمَ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ
وَسَادِسُهَا: مَا ذَكَرْنَاهُ مِنْ أَمْرِ مَنَامِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ
وَسَابِعُهَا: أَنَّ الْحَاجَّ يَتَعَارَفُونَ فِيهِ بِعَرَفَاتٍ إِذَا وَقَفُوا
وَثَامِنُهَا: أَنَّهُ تَعَالَى يَتَعَرَّفُ فِيهِ إِلَى الْحَاجِّ بِالْمَغْفِرَةِ وَالرَّحْمَةِ.
الْقَوْلُ الثَّانِي: فِي اشْتِقَاقِ عَرَفَةَ أَنَّهُ مِنَ الِاعْتِرَافِ لِأَنَّ الْحُجَّاجَ إِذَا وَقَفُوا فِي عَرَفَةَ اعْتَرَفُوا لِلْحَقِّ بِالرُّبُوبِيَّةِ وَالْجَلَالِ وَالصَّمَدِيَّةِ وَالِاسْتِغْنَاءِ وَلِأَنْفُسِهِمْ بِالْفَقْرِ وَالذِّلَّةِ وَالْمَسْكَنَةِ وَالْحَاجَةِ وَيُقَالُ: إِنَّ آدَمَ وَحَوَّاءَ عَلَيْهِمَا السَّلَامُ لَمَّا وَقَفَا بِعَرَفَاتٍ قَالَا: رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، فَقَالَ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الْآنَ عَرَفْتُمَا أَنْفُسَكُمَا.
وَالْقَوْلُ الثَّالِثُ: أَنَّهُ مِنَ العرف وهو الرائحة الطيبة قال تعالى: يُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَها لَهُمْ [مُحَمَّدٍ: 6] أَيْ طَيَّبَهَا لَهُمْ، وَمَعْنَى ذَلِكَ أَنَّ الْمُذْنِبِينَ لَمَّا تَابُوا فِي عَرَفَاتٍ فَقَدْ تَخَلَّصُوا عَنْ نَجَاسَاتِ الذُّنُوبِ، وَيَكْتَسِبُونَ بِهِ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى رَائِحَةً طَيِّبَةً، قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: «خُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ عِنْدَ اللَّهِ أَطْيَبُ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ»
الثَّانِي: يَوْمُ إِيَاسِ الْكُفَّارِ مِنْ دِينِ الْإِسْلَامِ
الثَّالِثُ: يَوْمُ إِكْمَالِ الدِّينِ
الرَّابِعُ: يَوْمُ إِتْمَامِ النِّعْمَةِ
الْخَامِسُ: يَوْمُ الرِّضْوَانِ،
وَقَدْ جَمَعَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْأَشْيَاءَ فِي أَرْبَعِ آيَاتٍ، فِي قَوْلِهِ: الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ [الْمَائِدَةِ: 3] الْآيَةَ، قَالَ عُمَرُ وَابْنُ عَبَّاسٍ: نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ، وَكَانَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاقِفٌ بِعَرَفَةَ فِي مَوْقِفِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَذَلِكَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ، وَقَدِ اضْمَحَلَّ الْكُفْرُ، وَهُدِّمَ بُنْيَانُ الْجَاهِلِيَّةِ، فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: «لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا لَهُمْ فِي هَذِهِ الْآيَةِ لَقَرَّتْ أَعْيُنُهُمْ» فَقَالَ يَهُودِيٌّ لِعُمَرَ: لَوْ أَنَّ هَذِهِ الْآيَةَ نَزَلَتْ عَلَيْنَا لَاتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْمَ عِيدًا فَقَالَ عُمَرُ: أَمَّا نَحْنُ فَجَعَلْنَاهُ عِيدَيْنِ، كَانَ يَوْمَ عَرَفَةَ ويوم الْجُمُعَةِ فَأَمَّا مَعْنَى: إِيَاسِ الْمُشْرِكِينَ: فَهُوَ أَنَّهُمْ يَئِسُوا مِنْ قَوْمِ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَنْ يَرْتَدُّوا رَاجِعِينَ إِلَى دِينِهِمْ، فَأَمَّا مَعْنَى إِكْمَالِ الدِّينِ فَهُوَ أَنَّهُ تَعَالَى مَا أَمَرَهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ بِشَيْءٍ مِنَ الشَّرَائِعِ، وَأَمَّا إِتْمَامُ النِّعْمَةِ فَأَعْظَمُ النِّعَمِ نِعْمَةُ الدِّينِ، لِأَنَّ بِهَا يَسْتَحِقُّ الْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالْخَلَاصَ مِنَ النَّارِ، وَقَدْ تَمَّتْ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ وَكَذَلِكَ قَالَ فِي آيَةِ الْوُضُوءِ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ [الْمَائِدَةِ: 6] وَلَمَّا جَاءَ الْبَشِيرُ وَقَدِمَ/ عَلَى يَعْقُوبَ، قَالَ: عَلَى أَيِّ دِينٍ تَرَكْتَ يُوسُفَ؟ قَالَ: عَلَى دِينِ الْإِسْلَامِ قَالَ: الْآنَ تَمَّتِ النِّعْمَةُ، وَأَمَّا مَعْنَى الرِّضْوَانِ فَهُوَ أَنَّهُ تَعَالَى رَضِيَ بِدِينِهِمُ الَّذِي تَمَسَّكُوا بِهِ وَهُوَ الْإِسْلَامُ فَهِيَ بِشَارَةٌ بَشَّرَهُمْ بِهَا فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ فَلَا يَوْمَ أَكْمَلُ مِنَ الْيَوْمِ الَّذِي بَشَّرَهُمْ فِيهِ بِإِكْمَالِ الدِّينِ، وَقِيلَ: هَذَا الْيَوْمُ يَوْمُ صِلَةِ الْوَاصِلِينَ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي [الْمَائِدَةِ: 3] وَيَوْمُ قَطِيعَةِ الْقَاطِعِينَ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ [التَّوْبَةِ: 3] وَيَوْمُ إِقَالَةِ عَثْرِ النَّادِمِينَ وَقَبُولِ تَوْبَةِ التَّائِبِينَ رَبَّنا ظَلَمْنا أَنْفُسَنا [الْأَعْرَافِ: 23] فَكَمَا تَابَ بِرَحْمَتِهِ عَلَى آدَمَ فِيهِ فَكَذَلِكَ يَتُوبُ عَلَى أَوْلَادِهِ وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبادِهِ [الشُّورَى: 25] وَهُوَ أَيْضًا يوم وقد الْوَافِدِينَ وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجالًا [الحج: 27] وفي الخبر «الحاج وقد اللَّهِ، وَالْحَاجُّ زُوَّارُ اللَّهِ وَحَقٌّ عَلَى الْمَزُورِ الْكَرِيمِ أَنْ يُكْرِمَ زَائِرَهُ» .
وَأَمَّا الْأَسْمَاءُ الْخَمْسَةُ الْأُخْرَى لِيَوْمِ عَرَفَةَ
فَأَحَدُهَا: يَوْمُ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَأَذانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ [التَّوْبَةِ: 3] وَهَذَا الِاسْمُ مُشْتَرَكٌ بَيْنَ عَرَفَةَ وَالنَّحْرِ، وَاخْتَلَفَ الصَّدْرُ الْأَوَّلُ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ فِيهِ، فَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ: إِنَّهُ عَرَفَةُ، وَسُمِّيَ بِذَلِكَ لِأَنَّهُ يَحْصُلُ فِيهِ الْوُقُوفُ بِعَرَفَاتٍ وَالْحَجُّ عَرَفَةُ إِذَا لَوْ أَدْرَكَهُ وَفَاتَهُ سَائِرُ مَنَاسِكِ الْحَجِّ أَجْزَأَ عَنْهَا الدَّمُ، فَلِهَذَا السَّبَبِ سُمِّيَ بِالْحَجِّ الْأَكْبَرِ قَالَ الْحَسَنُ: سُمِّيَ بِهِ لِأَنَّهُ اجْتَمَعَ فِيهِ الْكُفَّارُ وَالْمُسْلِمُونَ، وَنُودِيَ فِيهِ أَنْ لَا يَحُجَّ بَعْدَهُ مُشْرِكٌ، وَقَالَ ابْنُ سِيرِينَ: إِنَّمَا سُمِّيَ بِهِ لِأَنَّهُ اجْتَمَعَ فِيهِ أَعْيَادُ أَهْلِ الْمِلَلِ كُلِّهَا مِنَ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى وَحَجَّ الْمُسْلِمُونَ وَلَمْ يَجْتَمِعْ قَبْلَهُ وَلَا بَعْدَهُ، وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ: إِنَّهُ يَوْمُ النَّحْرِ لِأَنَّهُ يَقَعُ فِيهِ أَكْثَرُ مَنَاسِكِ الْحَجِّ، فَأَمَّا الْوُقُوفُ فَلَا يَجِبُ فِي الْيَوْمِ بَلْ يُجْزِئُ فِي اللَّيْلِ وَرُوِيَ الْقَوْلَانِ جَمِيعًا عَنْ عَلِيٍّ وَابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
وَثَانِيهَا: الشَّفْعُ
وَثَالِثُهَا: الْوَتْرُ
وَرَابِعُهَا: الشَّاهِدُ
.وَخَامِسُهَا: الْمَشْهُودُ فِي قَوْلِهِ: وَشاهِدٍ وَمَشْهُودٍ [الْبُرُوجِ: 3] وَهَذِهِ الْأَسْمَاءُ فَسَّرْنَاهَا فِي هَذِهِ الْآيَةِ
Semoga bermanfaat, Wallahu a’lam.