Mayoritas umat Islam meyakini bahwa mengenang momentum Hari Kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam sangatlah penting. Tidak lain agar kita mampu menjadikan beliau sebagai satu-satunya sosok pegangan, model perilaku dan suri teladan (uswah) dalam semua aspek kehidupan. Sungguh dalam diri Rasulullah SAW terdapat suri tauladan dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara.
Mengenang kelahiran Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam juga agar kita bisa merealisasikan teladan beliau dalam menjalani hidup dan menata kehidupan. dengan itu kita bisa sukses di dunia dan akhirat. Semua teladan itu bisa kita dapati pada diri Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman :
﴿لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)﴾ (سورة الأحزاب : 21)
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. ) QS. Al-Ahzab: 21)
Sebagai salah satu dari tiga agama Samawi (agama yang datang dari langit) , bukan suatu kebetulan jika agama Islam lahir di Jazirah Arab dan memiliki keterkaitan historis antara satu agama Samawi dengan yang lainnya. Semua agama ini bermuara pada Nabiyullah Ibrahim AS dengan segala percabangannya. Ketiga agama Samawi ini ada yang bercabang dari Nabi Musa AS yang melahirkan agama Yahudi, ada yang percabangannya dari Nabi Isa AS sebagai agama Nasrani dan ada yang percabangannya berasal dari Nabi Muhammad SAW yang melahirkan Islam. Seperti halnya percabangan suku-suku di Arab yang semuanya bermuara ke Nabiyullah Ibrahim AS.
Berikut adalah kilas tentang keadaan bangsa Arab sebelum dan sesudah datangnya Islam
Agama
Bangsa Arab pada masa pra Islam memiliki kepercayaan yang beragam, namun sebagian besar adalah penyembah berhala. Pemeluk agama Kristen terdapat di Hirah, Ghassan, serta Najran, pemeluk agama Yahudi terdapat di Taima, Wadil-Qura, Fadak, Khaibar dan Yatsrib, dan pemeluk agama Majusi terdapat di bagian timur Jazirah akibat pengaruh Persia. Sebagian kabilah ada pula yang menyembah benda alam, binatang dan jin (Shabi’in) dan ada pula sekelompok kecil yang menjalankan agama Ibrahim.
Pada mulanya masyarakat Arab beragama tauhid pada masa nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sejak Nabi Ismail, tidak ada lagi nabi yang turun dari kalangan mereka hingga dua puluh generasi. Semakin lama semakin banyak penyimpangan terutama ketika ‘Amr bin Luhay membawa berhala Hubal dari Syam dan diletakkan di dalam Ka’bah.
Al-Qur’an menggambarkan kondisi masyarakat Arab sebelum Islam dengan istilah Dholalun mubin (kesesatan yang nyata).
Allah ta’ala berfirman:
﴿هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (٢)﴾ (سورة الجمعة: 2).
Artinya: “Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. Al-Jumu’ah :2)
Kesukuan
Kebudayaan masyarakat Arab sebelum Islam cenderung menganut fanatisme yang berlebihan terhadap kesukuan, masyarakat hidup dalam kelompok kecil yang disebut Kabilah, masing-masing Kabilah hanya akan mendukung anggotanya. Perang antar Kabilah menjadi hal yang lazim dalam masyarakat Arab pra-Islam, perdamaian antar Kabilah hanya terjadi ketika pihak yang terlibat peperangan saling menyetujui perjanjian perdamaian. Dalam masyarakat Arab terdapat banyak suku, salah satu suku yang terkenal adalah suku Quraisy yang merupakan suku Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam yang membawa ajaran Islam.
Kelahiran Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Kelahiran Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam adalah rahmat yang agung bagi manusia bahkan bagi seluruh alam semesta. Sebab beliau adalah rahmatan lil ‘alamin.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (١٠٧)﴾ (سورة الأنبياء: 107)
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS. Al-Anbiya :107)
Para reformis di Jazirah Arab tidak mampu memberantas kejahatan atau membawa perubaan perilaku Arab Jahiliyah yang membanggakan diri dengan berperang dan menolak perdamaian, sampai lahirlah penyelamat bangsa Arab dari keterbelakangan, ketidakadilan dan penindasan dalam kurun 63 selama masa hidup nabi akhir zaman Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam.
Ini adalah awal kebangkitan bangsa Arab dan manusia pada umumnya. Mereka telah mampu memahami hakikat kehidupan dan manfaat dari semua yang telah Allah ta’ala berikan kepada umat manusia.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan di kota Makkah pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah yang bertepatan dengan 20 April 571 M dari Sayyid Abdullah dan Siti Aminah.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam sering menjalankan puasa setiap hari Senin dan Kamis. Ketika ditanya tentang hari Senin beliau menjelaskan bahwa itu adalah hari lahirnya. Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah:
عن ابي قتادة رضي الله عنه:أن رسول الله صل الله عليه وسلم سئل عن صوم يوم لاثنين قال : ذلك يوم ولدت فيه ويوم بعثت أو انزل علي فيه (رواه مسلم)
“Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari senin. Beliau bersabda: ‘‘Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku’’ (HR. Muslim)
Bangsa Arab Setelah Kedatangan Islam
Bangsa Arab yang dikenal keras, ambisius, dan sering berperang dalam memperebutkan kekuasaan, telah dilunakkan oleh Islam yang dibawa Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam. dengan proses dakwa secara diplomatis dan komunikatif yang dilakukan, nabi telah membawa keberhasilan dalam proses perubahan sosial di Jazirah Arab terlebih perubahan mendasar mengenai akhlak yang lebih terpuji. Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam juga membawa Islam sebagai wadah bagi bangsa Arab guna memperbaiki berbagai aspek kehidupan. Dengan perangai yang lemah lembut dalam proses komunikasi beliau dapat meredam para kabilah dari segala sifat buruk yang biasa mereka lakukan. Kemudian pertentangan antar kabilah pun dapat dihilangkan dan pada akhirnya mereka dapat bersatu dalam sistem ukhuwah yang kuat. Ini merupakan karunia Allah ta’ala yang menjadi awal kebangkitan peradaban bangsa.
Allah ta’ala telah berfirman :
﴿وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (١٠٣)﴾ (سورة آل عمران: 103)
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk” (QS. Ali-Imran: 103)
Pada ayat lain Allah ta’ala berfirman :
﴿يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (١٣)﴾ (سورة الحجرات: 13)
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat ;13)
Lebih jauh lagi Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam berdasar dengan wahyu dari Allah ta’ala telah mampu mengubah kabilah-kabilah agar meninggalkan sifat-sifat tercela dan mulai menjalankan sifat-sifat baik sebagai fitrah manusia yang sudah digariskan oleh Allah ta’ala.
Lahirnya Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan Rabiul awwal memiliki isyarat yang sangat jelas bagi yang paham makna dibalik ‘Rabi’. Dikalimat tersebut terkandung optimisme (tafa’ul) dan kabar gembira bagi umat Islam. Syekh Abu Abdurrahman Shaqli berkata “Setiap manusia akan mendapatkan bagian dari namanya”. Sebagaimana nama akan memberikan pengaruh baik kepada pemiliknya maupun sekitarnya. Bulan Rabi’ yang berarti bulan semi konon bangsa Arab dulu sangat senang mencari inspirasi pada bulan ini karena cuaca yang tidak begitu ekstrem dan relatif tenang. Pada bulan Rabi’ ini juga Allah ta’ala juga mengeluarkan lebih banyak hasil tanah seperti tumbuhan lebih subur dari bulan lainnya. Rizki yang Allah ta’ala ini menjadi penopang kehidupan manusia dan hewan lainnya begitu juga dengan kelahiran nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Rabi’ merupakan isyarat bahwa pembaharuan umat manusia akan segera dimulai, juga kelahiran beliau menjadi penopang sehatnya jiwa manusia karena terisi dengan cahaya keimanan setelah lama ditutup dengan gelapnya kesesatan. Bulan Rabi’ yang mengeluarkan lebih banyak makanan pokok menjadi isyarat seandainya makanan itu tidak tumbuh maka manusia akan tersiksa dalam kelaparan, begitu juga seandainya nabi Muhammad tidak ada diantara mereka maka adzab Allah ta’ala akan turun.
Allah ta’ala berfirman :
﴿وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ﴾ (الأنفال: 33)
Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di antara mereka” (QS. Al-anfal : 33)
والله أعلم بالصواب