Kita memang tak dapat lagi hidup bersama dengan cara yang sama, seperti pendahulu kita, karang tetaplah karang bukan batu, sekarang adalah sekarang bukan dahulu. Namun berkat ketekunan dan kekreatifan ulama salaf untuk yang berhasil menjaga sejarah karya pemikiran, serta menjaga keautentikan hal tersebut dari baginda Rasul maka kita dapat mempelajari akan warisan mereka itu untuk mengarungi kehidupan di masa depan.
Kehidupan yang kita arungi tak lain dan tak bukan adalah sejarah yang terulang kembali. Oleh karenanya kita sebagai umat muslim seharusnya tidaklah menjadi orang yang gagal dan gagap untuk menjawab dan memeberikan solusi atas hiruk-pikuk permasalahan yang terjadi. Termasuk dari tokoh sejarah adalah sosok Ma’ruf Al-Kurkhi sufi terkenal yang oleh Imam Ahmad Bin Hambal dikategorikan sebagai salah satu wali abdal dan seorang yang dikabulkan doanya. Beda halnya dengan Al-Khotib Al-Baghdadi ia memberikan pernyataan tentang tokoh ini sebagai orang yang tersohor zuhudnya. Orang-orang saleh mencari pertolongannya dan bertabaruk jika bertemu denganya. Banyak sekali ulama-ulama terkenal yang telah berhasil lantaran doa beliau, terbaringnya badan dibawah papan tanpa ada seorang teman tak mengahalangi beliau untuk selalu memberikan kemanfaatan dan keberkahan.
Masa Kecil dan Keluarga Ma’ruf Al-Kurkhi
Nama beliau adalah Ma’ruf, seperti halnya adat bangsa arab beliau memiliki nama kunyah atau panggilan yaitu Abu Mahfudz, yang berarti beliau mempunyai putra yang bernama Mahfudz. Beliau dilahirkan di Kurkhi salah satu nama daerah dari negara Baghdad, dari sinilah beliau mendapatkan penisbatan Al-Kurkhi atau ada juga yang membaca Al-Karkhi. Siapa sangka beliau ternyata berasal dari keluarga Nasrani, ayah beliau Fairuz dalam satu riwayat ada juga yang mengatakan Fairuzan adalah penganut agama Nasrani begitu pula ibunya.
Ada kisah menarik masa kecil beliau, diceritakan dari Abu Ali Al-Daqqaq kedua orang tua Ma’ruf adalah penganut agama Nasrani begitu pula saudaranya Isa, seperti halnya kebiasaan para orang tua yang ingin meyekolahkan anaknya, kedua orang tuanyapun memasrahkan Ma’ruf kepada gurunya, setelah itu saat pengajaran dimulai gurunya mulai mengajari para murid untuk mengatakan Tsalitsun Tsalatsah (ajaran agama Nasrani). Alih-alih si kecil Ma’ruf malah mengatakan “tidak, Dia adalah Satu”, spontan saja sang guru langsung memukulnya dengan sangat keras sekali. Tampaknya hal ini membuat Ma’ruf kecil kecewa hingga kabur dari rumah. Menyadari akan hal itu orang tuanya tak henti-hentinya meneteskan air mata dan meratapi kepergian si buah hatinya, “andai saja Tuhan mengembalikan putraku. Apapun agama yang ia bawa pasti akan ku ikuti”. Dalam pengembaraanya beliau memeluk islam dengan bimbingan Ali Bin Musa Ar-Ridho, lambat-laun selang beberapa tahun akhirnya Ma’ruf bersedia kembali ke rumah, sesampainya dirumah ia pun mengetuk pintu.
“Siapa di pintu?” Suara dari dalam.
“Ma’ruf”, sahut beliau.
Orang tuanya pun teringat akan janji yang telah terucap. Kemudian mereka menanyakan kepada Ma’ruf, “apa agama yang kau anut sekarang?”
Beliau menjawab, “agama hanifi”. Dari situlah kemudian ibu, ayah dan saudaranya memeluk agama Islam
Sanad Pengambilan Tarekat dan Ajaran Tasawuf Ma’ruf Al-Kurkhi
Ma’ruf Al-Kurkhi tidak sekedar mempelajari teori ilmu tasawuf, namun juga menjaga keauntetikan ilmu tersebut dengan cara belajar turun temurun dari guru-gurunya dan sampai lah kepada Rasululluah Muhammad Saw. Muhammad Bin Syaikh Abdul Karim dalam kitabnya mengatakan bahwa Ma’ruf Al-Kurkhi mempelajari ilmu tasawuf dari dua jalur:
- Dari Syekh Dawud At-Thoi beliau dari Habib Al-Ajmi dari Hasan Basri dari Imam Ali r.a.
- Dari Imam Ali Ridho dari Imam Musa Al-Kadhim dari Imam Ja’far Ash-Shodiq dari Muhammad Al-Baqir dari Ali Zainal Abidin dari Imam Husain dari Imam Ali r.a.
Sebenarnya jika kita mau menggali lebih dalam, ilmu tasawuf yang selama ini kita pelajari juga akan bersambung dengan Ma’ruf Al-Kurkhi, sebab dalam ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menetapkan bahwa dalam ranah ilmu tasawuf yang dijadikan sebagai imam/acuan adalah Imam Al-Ghozali dan Imam Al-Junaidi dan menurut Syaikhuna KH. Maimoen Zubair dalam sanad beliau mengatakan bahwa, Imam Al-Junaidi mengambil ilmu tasawuf dari pamannya sekaligus gurunya yaitu Syekh As-Siri As-Saqti beliau dari Abu Mahfudz Ma’ruf Al-Kurkhi dari Syekh Dawud At-Thoi beliau dari Habib Al-Ajmi dari Hasan Basri dari Imam Ali r.a. dari Rasulullah Saw.
Jadi patutlah kita bersyukur sebagai santri beliau karena apa yang selama ini kita pelajari ditinjau dari aspek sanad keilmuan dapat dipertanggungjawabkan baik di dunia maupun di akhirat. Ajaran tasawuf Ma’ruf Al-Kurkhi memang banyak sekali, namun ada beberapa pelajaran yang harus tersampaikan, karena dalam ajaran ini terkandung banyak sekali pelajaran yang dapat kita ambil dan kemudian kita amalkan .
Imam Al-Qushoiri menceritakan dari Muhammad Bin Husain dari ayahnya mengatakan, ”aku bermimpi melihat Ma’ruf Al-Kurkhi setelah kematiannya kemudian aku bertanya”, “apa yang dilakukan Allah padamu?” Ia menjawab, “Allah telah mengampuniku”. Aku bertanya lagi, “sebab karena zuhudmu atau wira’imu?” Ia menjawab, “bukan, melainkan karena aku menerima wejangan Ibnu Sama’, menetapiku dalam tingkah fakir dan kecintaanku terhadap orang-orang fakir” Adapun wejangan Ibnu Sama’ seperti yang telah diceritakan Ma’ruf Al-Kurkhi yaitu:“Di kala itu aku sedang berjalan di Kufah kemudian aku berhenti di tempat seorang laki-laki yang dikenal sebagai Ibnu Sama’ saat itu ia sedang berceramah, dalam sela-sela ceramahnya beliau mengatakan:
من أعرض عن الله بكليته أعرض الله عنه جملة ومن أقبل على الله بقلبه أقبل الله برحمته إليه وأقبل بجميع وجوه الخلق إليه ومن كان مرة ومرة فالله يرمحه وقتا ما
Artinya: “Barang siapa berpaling dari Allah secara total maka Allah akan berpaling darinya secara global dan barang siapa menghadap kepada Allah dengan sepenuh hati maka Allah akan mengahadapinya dengan memberikan rahmat baginya mengerahkan seluruh makhluk kepadanya dan barang siapa menghadap Allah sesekali maka Allah akan merahmatinya di segala waktu”.
Dan apa yang disampaikannya telah merasuk dalam hatiku, kemudian aku menyerahkan seluruh jiwaku kepada Allah dan ku tinggalkan seluruh apa yang ku jalani kecuali pekerjaanku untuk melayani guruku Ali Bin Musa Ar-Ridho. Pada suatu hari apa yang telah saya dengar aku ceritakan padanya. Dia berkata, “bagimu cukup dengan wejangan ini jika berceramah”.
Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah di atas diantaranya adalah ampunan yang di berikan Allah terkadang bukanlah suatu amalan yang sangat besar. Melainkan dengan sikap kita mau menerima nasihat orang lain saja ternyata cukup dapat memberikan dampak yang sangat berguna dimana hal itu menjadi salah satu sebab mendapatkan pengampunan. Kita pun juga harus sadar bahwa diri kita hanyalah sebagai manusia, yang tak akan luput dari kesalahan atau pun dosa, dari itulah kiranya saling mengingatkan berguna.
Salah satu ajaran tasawuf beliau lagi adalah ucapan beliau:
قال معروف : طلب الجنة بلا عمل ذنب من الذنوب وانتظار الشفاعة بلا سبب نوع من الغرور وارتجاء رحمة من لا يطاع جهل وحمق
Artinya: Artinya; “Mencari surga tanpa berbuat amal adalah merupakan suatu dosa, menunggu syafaat tanpa sebab merupakan suatu kelalaian dan mengharapkan belas kasihan orang yang tidak taat adalah suatu kebodohan”.
Barokah Ma’ruf Al-Kurkhi
diceritakan dari Abu Abbas Bin Masruq ia mendengar bahwa As-Sirri As-Saqti sedang berdagang di pasar kemudian datanglah Ma’ruf bersama anak kecil yang yatim dan berpesan kepada As-Sirri untuk memberikan pakaian kepada anak itu. As-Sirri pun menyanggupinya, karena gembira akan kesanggupan sang murid Ma’ruf pun kemudian mendoakanya, “semoga Allah membencikanmu terhadap dunia dan mengistirahatkanmu dari apa yang sedang kamu lakukan”. Tanpa menunggu lama kemudian As-Sirri bergegas dari toko dagangannya dan merasa tidak ada suatu hal apapun yang dibencinya melainkan dunia. Kemudian beliau mengatakan, “apa yang aku peroleh selama ini tak lain dan tak bukan karena barokah dari Ma’ruf ”. Keberkahan yang didatangkan oleh tokoh ini tak hanya berhenti saat kehidupannya saja, terbungkusnya badan di dalam kain kafan malah menjadikan keberkahannya semakin meluas tak terelakkan. Tanah pemakamannya pun sampai sekarang masih banyak yang memburu karena diyakini dapat menjadi penghantar kesembuhan yang mujarab. Sehingga penduduk Baghdad mengatakan:
قبر معروف يعني الكرخي الترياق المجرب
Artinya: “Kuburan Ma’ruf Al-Kurkhi adalah obat yang mujarab”
Abu Abdullah Al-Mahamili salah satu Imam Ahli Hadits mengatakan:
اعرف قبر معروف الكرخي منذ سبعين سنة وما قصده مهموم إلا فرج الله همه
Artinya: “Aku mengetahui kuburan Ma’ruf Al-Kurkhi selama 70 tahun dan tidak ada orang yang sedang kesusahan datang melainkan Allah akan memberikan kebahagiaan”
Lebih jauh dari itu Muhammad Bin Farh Al-Qurtubi mengeluarkan pernyataan bahwaadanya kuburan Ma’ruf di Baghdad adalah salah satu tanda kebesaran dan keagungan Allah Swt., dikarenakan jika ada seseorang sakit ataupun memiliki kebutuhan lain dan berdoa kepada Allah di kuburan itu akan terkabul.
Sebuah biografi kehidupan dari seorang figur Makruf Al kurkhi yang memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa perbuatan yang kita lakukan semasa hidup nanti juga akan berpengaruh pula pada saat kita meninggal kelak. Terbukti dari perjalanan hidup Ma’ruf Al-Kurkhi yang dipenuhi dengan ketaqwaan pada Allah SWT pada saat beliau meninggal pun bisa memberikan manfaat orang-orang di sekelilingnya. Maka hendaklah kita penuhi hidup ini dengan beramal sholeh dan bertaqwa kepada Allah dengan harapan Semoga dapat bermanfaat terutama bagi diri kita dan orang lain baik disaat kita masih hidup maupun sudah meninggal.
Oleh: M. Muwaffaq, dkk