Bulan shofar adalah bulan kedua dalam kalender hijriyyah. Bulan ini dinamakan bulan “shofar” yang artinya “kosong” karena dahulu orang arab memiliki kebiasaan meninggalkan rumah-rumah mereka pada bulan ini sehingga rumah mereka menjadi kosong.
Menurut mitos yang masih berkembang dimasyarakat, bulan ini adalah bulan kesialan, akibatnya beberapa aktifitas kegiatan dihentikan, bahkan adanya pelarangan nikah dibulan ini karena dikhawatirkan terjadi bencana. mitos kesialan bulan ini sebenarnya dengan jelas telah dibantah oleh rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam hadits beliau :
لا عدوى ولا طيرة ولا هامة ولا صفر
Artinya: “Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan karena burung hantu dan tidak ada kesialan pada bulan Shofar.” (HR Bukhori & Muslim).
Kesialan yang menimpa manusia bukanlah ditentukan karean hari, tanggal, bulan atau tahun yang tertentu. Karena segala sesuatu yang terjadi di Alam semesta ini berjalan diatas ketentuan Allah subhanahu wata’ala.
Rebo wekasan
Arti dari “Rebo Wekasan” aslinya adalah “Rabu pamungkas atau terakhir’, namun lebih dikenal dengan istilah hari Rabu terkhir pada bulan Shofar. Hari yang diyakini sebagian masyarakat sebagai hari turunnya bala’ pada tiap tahun yang jumlanya mencapai 320.000 bala’, sebagaimana yang disebutkan imam Abdul Hamid al Qudsi dalam Kanzun Najah beliau menukil keterangan imam ad Dairaby.
“Sebagian ahli ma’rifat yang ahli mukasyafah dan tamkin mengatakan akan turunnya 320.000 macam bala’ (bencana) kebumi dan kesemuanya akan turun pada hari rabu akhir bulan shofar, sehingga hari itu menjadi hari yang tersulit dari hari-hari yang lain sepanjang tahun”.
Didalam alquran surat Al Qomar ayat 18-19, terdapat penjelasan kisah kaum nabi Hud As (kaum ‘Ad) yang mendustakan rasul mereka, sehingga Allah mengirimkan azab berupa angina yang kencang dan dingin pada hari “Nahs” yang terus menerus.
Dengan berdasarkan hadist yang diriwayatkan imam Masruq, imam al Qurtuby dalam tafsirnya “al Jami’ li Ahkamil Quran” menjelaskan bahwa “yaumun Nahs” yang terus menerus tersebut terjadi pada hari rabu akhir dalam satu bulan.
Namun, sekali lagi semua bala’ dan kesialan itu terjadi atas izin Allah, tidak ada hari, tanggal, bulan dan tahun tertentu yang dapat memberikan ketetapan bencana dan kesialan. Adapun apa yang disampaikan oleh para sholihin bisa kita jadikan barang peringatan dan kehati-hatian untuk lebih taqorrub kepada Allah., bukan malah untuk menyekutukannya dengan hal yang lain dalam hal penentuan suatu hal. Karena hanya Allah lah yang mampu untuk memberikan ketentuan di semesta ini.
Tradisi dan hukumnya
Salah satu bentuk amaliyah yang banyak dilakukan pada malam rebo wekasan ini adalah sholat dan doa. Sholat yang popular dimasyarakat dengan istilah sholat tolak balak rebo wekasan ini, ,pada dasarnya tidak ada dalam literature islam, seperti halnya sholat roghoib dan semacamnya. Bahkan sholat-sholat yang semacam ini masuk kategori bid’ah yang dilarang.
Tradisi rebo wekasan meski bukan bagian dari syariat, akan tetapi merupakan tradisi yang positif jika teknis yang pelaksannannya sesuai dengan syara’. Karena pada dasarnya segala bentuk ritual yang dilakukan seperti rebo wekasan dan yang lainya, hukumnya sangan bergantung pada teknis pelaksanakannya. Apakah pelaksanaannya itu sesuai dengan ketentuan syariat atau bukan, maka hukumnyapun mengikutinya, sebagaiman dituturkan beliau as Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Makky dalam kitab Mafahim beliau.
Untuk cara sholat yang benar dalam malam ini adalah dengan melaksanakan sholat sunah muthlaq atau sholat hajat sebagaimana yang disebutkan dalam kitab kanzun najah, yaitu dengan sholat 4 rokaat dimana setiap rokaatnya membaca surat al fatihah 1x, al kautsar 17x, al ikhlas 5x, al falaq 1x, dan an nas 1x. kemudian setelah salam membaca doa:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَيَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُكْرِمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يَنْزِلُ فِيْهِ يَا كَافِيْ فَسَيَكْفِيْكَهُمُ اللهُ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
)من كنز النجاح والسرور للشيخ عبد الحميد محمد علي قدس(