Bulan Muharram merupakan permulaan tahun dalam kalender Hijriyah. Namun bagi kaum muslimin yang mencermati hakikat waktu dalam Islam, Muharram bukan sekadar angka pertama dalam penanggalan, melainkan pintu pembuka rahmat, ampunan, dan peluang besar untuk menyucikan jiwa dan memperbarui niat. Ia dikenal sebagai “Bulan Allah yang mulia” yang diistimewakan oleh syariat, dan dimuliakan oleh para salihin sejak dahulu.
Keutamaan Muharram: Bulan Haram yang Terunggul
Kedudukan Bulan Muharram di antara Bulan-Bulan Haram Yang lain. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ
“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya ada empat bulan haram.”
Empat bulan haram itu menurut hadits Nabi ﷺ adalah: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Di antara keempatnya, Muharram adalah yang paling utama. Bahkan, Setelah Ramadhan, Muharram menempati peringkat tertinggi sebagai bulan puasa paling utama. Ini adalah bulan pengabdian, bulan muhasabah, dan bulan pembuka hijrah ruhani setiap insan.
Keutamaan Puasa di Bulan Muharram
Puasa di bulan Muharram adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan (sunnah muakkadah) karena termasuk dalam kategori ibadah nafilah yang ditekankan oleh Nabi ﷺ. Di antara waktu-waktu istimewa untuk puasa sunnah, Muharram menempati peringkat tertinggi setelah Ramadhan. Ini merupakan hasil ijma’ ulama berdasarkan dalil-dalil yang shahih dan atsar para salaf.
Nabi ﷺ bersabda:
“أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ”
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram.” (HR. Muslim, no. 1163)
Dalam hadist tersebut Penggunaan Lafaz “Syahrullah” (Bulan Allah): merupakan satu-satunya bulan yang disebut oleh Nabi ﷺ sebagai “bulan Allah”, menunjukkan tingkat keistimewaannya secara spiritual. Seorang ulama besar, al-Qari, dalam Mirqat al-Mafatih menjelaskan bahwa penyandaran Muharram kepada nama Allah adalah bentuk pengagungan atas bulan ini.
Muharram datang setelah musim haji dan sebagai pembuka tahun baru Hijriyah. Maka puasa di bulan ini juga berperan sebagai penyucian diri dari dosa-dosa masa lalu dan pembuka amal tahun baru.
Tidak seperti Ramadhan yang dipenuhi peristiwa wahyu, atau Dzulhijjah dengan ibadah haji, keutamaan puasa Muharram bukan karena peristiwa, tapi kemurnian waktu, sebagaimana dijelaskan oleh Ibn Rajab dalam Lathaif al-Ma’arif.
Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ، وَأَوَّلَ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ، جَعَلَهُ اللهُ لَهُ كَفَّارَةَ خَمْسِينَ سَنَةً، وَصَوْمُ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ بِصَوْمِ ثَلَاثِينَ يَوْمًا.
“Barangsiapa berpuasa pada hari terakhir dari bulan Dzulhijjah dan hari pertama dari bulan Muharram, maka Allah menjadikannya sebagai penebus dosa selama lima puluh tahun. Dan puasa satu hari di bulan Muharram dihitung seperti (pahala) puasa tiga puluh hari.”
Riwayat ini bersumber dari Hafshah radhiyallahu ‘anha dan dikutip oleh al-Hafizh Ibn Hajar. Meskipun status hadits ini masih diperdebatkan kekuatannya (ada yang menilainya dha’if hasan li ghairih), para ulama menjadikannya motivasi amal (fadhail al-a‘mal), sebagaimana kaidah:
يُعْمَلُ بِالْحَدِيثِ الضَّعِيفِ فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ مَا لَمْ يَكُنْ مَوْضُوعًا
“Hadits dhaif (lemah) boleh dijadikan pegangan dalam masalah keutamaan amalan selama bukan hadits maudhu‘ (palsu).”
Dalam kerangka tasawuf, puasa akhir tahun dan awal tahun merupakan penghimpunan antara penutup amal dan pembuka niat, serta memperbarui hubungan dengan Allah di kedua ujung waktu.
Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ صَامَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ شَهْرٍ حَرَامٍ؛ الْخَمِيسِ وَالْجُمُعَةِ وَالسَّبْتِ، كَتَبَ اللَّهُ لَهُ عِبَادَةَ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ.
“Barangsiapa berpuasa tiga hari dari bulan haram; yaitu hari Kamis, Jumat, dan Sabtu, maka Allah akan mencatat baginya ibadah selama tujuh ratus tahun.”
Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulum ad-Din menjadikan hadits-hadits semacam ini sebagai dasar dalam menumbuhkan raja’ (pengharapan) dalam hati, serta memotivasi diri untuk mengisi waktu-waktu mulia dengan ibadah ringan namun berpahala besar.
Puasa 3 Hari Berurutan pada Bulan Haram: Termasuk di dalamnya Muharram, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Rajab. Namun, para ulama menjelaskan bahwa Muharram adalah yang paling utama di antara keempatnya untuk diamalkan puasa ini.
Amalan Spiritual: Doa dan Wirid Khusus Muharram
1. Ayat Kursi 360 Kali dan Doa Muhawwilu al-Ahwal
Para ulama seperti Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, Syaikh Hasan al-‘Adawi, dan Syaikh Damardash al-Kabir meriwayatkan amalan: Membaca Ayat al-Kursi 360 kali di awal Muharram, dengan mengucap basmalah di awal setiap bacaan, kemudian membaca doa:
“اللَّهُمَّ يَا مُحَوِّلَ الأَحْوَالِ، حَوِّلْ حَالِي إِلَى أَحْسَنِ الْأَحْوَالِ، بِحَوْلِكَ وَقُوَّتِكَ، يَا عَزِيزُ يَا مُتَعَال، وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم.”
Diantara manfaat dari amalan ini adalah: Sebagai pelindung dari gangguan syaitan sepanjang tahun, sebagaimana diteladankan oleh Syaikh ‘Utsman ad-Dimyathi dan disebutkan sebagai amalan dari para auliya dan ahli ma’rifat.
2. Doa Harian: Sepuluh Hari Pertama Muharram
Setiap hari dari tanggal 1 hingga 10 Muharram, dianjurkan membaca doa berikut tiga kali:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ قَدِيمٌ وَهذَا الْعَامُ جَدِيدٌ قَدْ أَقْبَلَ، وَسَنَةٌ جَدِيدَةٌ قَدْ أُقْبِلَتْ، نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِهَا وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَنَسْتَكْفِيكَ فَوَاتَهَا وَشُغْلَهَا، فَارْزُقْنَا الْعِصْمَةَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، اللَّهُمَّ إِنَّكَ سَلَّطْتَ عَلَيْنَا عَدُوًّا بَصِيرًا بِعُيُوبِنَا، وَمُطَّلِعًا عَلَى عَوْرَاتِنَا، مِنْ بَيْنِ أَيْدِينَا وَمِنْ خَلْفِنَا، وَعَنْ أَيْمَانِنَا وَعَنْ شَمَائِلِنَا، يَرَانَا هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَاهُمْ، اللَّهُمَّ آيِسْهُ مِنَّا كَمَا آيَسْتَهُ مِنْ رَحْمَتِكَ، وَقَنِّطْهُ مِنَّا كَمَا قَنَطْتَهُ مِنْ عَفُوكَ، وَبَاعِدْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُ كَمَا حُلَّتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ مَغْفِرَتِكَ، إِنَّكَ قَادِرٌ عَلَى ذَلِكَ، وَأَنْتَ الْفَعَّالُ لِمَا تُرِيدُ، وَصَلَّى اللَّهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Yang Kekal, dan tahun ini adalah tahun baru yang telah datang, dan tahun baru telah tiba. Kami memohon kepada-Mu kebaikan di dalamnya, dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukannya. Kami memohon kepada-Mu agar Engkau cukupkan kami dari kehilangan dan kesibukannya. Berilah kami perlindungan dari setan yang terkutuk. Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah menurunkan atas kami musuh yang mengetahui aib kami, yang melihat aurat kami, dari depan kami, dari belakang kami, dari kanan kami, dan dari kiri kami. Dia dan kelompoknya melihat kami dari tempat yang kami tidak bisa melihat mereka. Ya Allah, jadikanlah ia putus asa dari kami sebagaimana Engkau telah menjadikannya putus asa dari rahmat-Mu, dan jadikanlah ia putus asa dari kami sebagaimana Engkau telah menjadikannya putus asa dari ampunan-Mu. Jauhkanlah antara kami dan dia sebagaimana jarak yang telah Engkau tetapkan antara dia dan ampunan-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas hal itu, dan Engkau Maha Melaksanakan apa yang Engkau kehendaki. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada junjungan kami Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya.”
Do’a ini mengandung perlindungan dan permohonan kebaikan di awal tahun baru Hijriyah, memohon lindungan dari gangguan setan dan musuh, serta memohon rahmat dan ampunan Allah.Doa ini mencakup: Permohonan kebaikan tahun baru, Perlindungan dari gangguan setan, Permohonan keselamatan dan istiqamah.
3. Amalan Tulis: Basmalah dan Ayat Perlindungan
1. Menulis Basmalah 113 Kali
Dalam kitab N’at al-Bidayat karya Sayyid Ma’ al-‘Ainayn, disebutkan:
مَنْ كَتَبَ الْبَسْمَلَةَ أَوَّلَ الْمُحَرَّمِ مِئَةً وَثَلَاثَ عَشْرَةَ مَرَّةً، لَمْ يَنَلْهُ مَكْرُوهٌ طِيلَةَ عُمْرِهِ، وَأَمِنَ مِنْ شَرِّ السُّلْطَانِ الظَّالِمِ
Menulis “بسم الله الرحمن الرحيم” sebanyak 113 kali di awal Muharram menjadi jaminan perlindungan dunia-akhirat, bahkan dari kezaliman penguasa.
2. Menulis surat al-A’raf ayat 97 untuk Pengusir Hama dan Gangguan
اَفَاَمِنَ اَهۡلُ الۡـقُرٰٓى اَنۡ يَّاۡتِيَهُمۡ بَاۡسُنَا بَيَاتًا وَّهُمۡ نَآٮِٕمُوۡنَؕ
Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? (al-A’raf: 97)
Ayat ini ditulis di atas kertas, lalu dilarutkan ke air dan dipercikkan ke sudut rumah. Fungsinya adalah menghilangkan gangguan makhluk mengganggu seperti ular dan serangga.
Bulan Muharram bukan sekadar momentum administratif untuk mencatat awal tahun. Ia adalah kesempatan ruhani untuk berhijrah: dari lalai menuju sadar, dari maksiat menuju taubat, dari kesia-siaan menuju keberkahan.
Melalui puasa, doa, dzikir, dan wirid yang diwariskan oleh para ulama dan auliya’, kita diajak untuk memulai tahun ini dengan benteng spiritual yang kokoh. Doa “يا مُحَوِّلَ الأحوال” adalah simbol bahwa manusia selalu membutuhkan perubahan, dan perubahan sejati hanya datang melalui kekuatan dari Allah Yang Maha Kuasa.