Khidmah Guru, Pintu Utama Menuju Berkah.
Oleh Ustadz Ahmad Dawam Afandi
(Khodim Ma’had Aly Al Anwar 01)
Mbah Moen sering menyampaikan dalam beberapa majelis, bahwa ilmu agama mempunyai kekhasan tersendiri, yang berbeda dari ilmu umum. Diantara kekhasannya, bahwa ilmu agama tidak mungkin diraih kecuali dengan mendapatkan futuh dari Allah SWT. Sebagaimana ditegaskan Baginda Nabi dalam haditsnya :
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ
barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan, maka akan Allah SWT pahamkan baginya ilmu agama.
Pada masa sahabat banyak sekali diantara mereka yang mendapatkan futuh dengan sebab berkhidmah kepada Guru, yang tiada lain Guru itu adalah Rasulullah SAW sendiri.
Diantara sahabat yang mendapatkan berkah karena berkhidmah, sebagai berikut:
- Anas Bin Malik.
Anas bin Malik telah diserahkan oelh Ibunya yang bernama Ummu Sulaim untuk berkhidmah pada Rasulullah SAW sejak umur 10 tahun.
Anas berkhidmah pada Rasulullah selama 10 tahun lamanya, hingga wafatnya Rasulullah SAW, Anas masih berstatus khodim.
Maka tidak heran, apabila Anas banyak mengetahui hal-hal yang tidak diketahui oleh sahabat lain, khususnya yang berhubungan dengan aktifitas Rasulullah SAW didalam rumah.
Anas tahu perihal bekas jahitan pada dada Rasulullah SAW pasca dibelah oleh Malaikat Jibril sebanyak tiga kali. Anas juga tahu perihal bekas racun yang menjadikan hitam pada langit-langit mulut Rasulullah SAW, dan Anas juga tahu perihal khotam Nubuwwah yang menempel pada punggung Rasulullah SAW, juga masih banyak yang lain. Selain itu, Anas juga mendapat berkah do’a Rasulullah SAW dalam munajat-nya:
اللهم أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ وَأَطِلْ عُمْرَهُ وَاغْفِرْ ذَنْبَهُ.
Atas berkah do’a Rasulullah SAW ini, Anas menjadi orang yang kaya raya, anak-cucunya mencapai 100, dan umurnya juga sangat panjang.
2.Abdullah Bin Abbas.
Abdullah bin Abbas adalah sepupu Rasulullah SAW, karena ayahnya yang bernama Abbas adalah saudara Sayid Abdullah, Ayahanda Rasulullah SAW.
Dari jalur Ibu, Abdullah bin Abbas adalah keponakan Sayidah Maimunah, istri Rasulullah SAW. Karena Ummu Fadl, Ibunya Ibnu Abbas adalah saudara perempuan Sayidah Maimunah. Sehingga hal ini menjadikan Ibnu Abbas sangat dekat dengan Rasulullah SAW.
Meski Ibnu Abbas masih belum baligh, namun sudah terlihat bibit kealiman pada dirinya.
Setiap kali Rasulullah SAW punya jadwal menginap pada Sayidah Maimunah, maka Ibnu Abbas sengaja ikut menginap di rumah bibinya tsb, untuk berkhidmah dan mendapatkan ilmu dari Rasulullah SAW.
Suatu malam Rasulullah SAW terbangun hendak melakukan sholat malam, seperti biasanya Ibnu Abbas berkhidmah menyiapkan dan menyediakan kebutuhan Rasulullah SAW dalam bersuci. Setelah bersuci, Rasulullah SAW bertanya;
“Siapa yang menyiapkan semua ini ?”.
“Ibnu Abbas wahai Rasulullah.” Jawab Para Sahabat.
Rasulullah terkesan dengan jiwa khidmahnya Ibnu Abbas tersebut, sehingga Rasulullah SAW mendoakannya:
اللهم فَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ وَعَلِّمْهُ التَّأْوِيْلَ
Doa Rasulullah SAW itupun menjadi kenyataan, Ibnu Abbas menjadi Ulama terkemuka dari kalangan Sahabat dan menjadi ahli tafsir sebagaimana doa Nabi SAW.
- Rabi’ah bin Ka’ab.
Rabiah bin Ka’ab al-Aslami adalah salah seorang pelayan Nabi Muhammad SAW. Tugasnya adalah mempersiapkan keperluan wudhu dan hajat Nabi Muhammad SAW. Dia melayani Nabi Muhammad SAW sepanjang hari.
Meski tugasnya demikian, namun dia selalu siap siaga jika tiba-tiba Nabi Muhammad SAW memanggilnya pada malam hari untuk melakukan tugas lain, ini dan itu.
Melihat dedikasi Rabiah bin Ka’ab al-Aslami yang begitu tinggi, Nabi Muhammad SAW mencoba untuk membalas budi. Beliau meminta Rabiah untuk mengutarakan permintaannya, agar Nabi Muhammad SAW mengabulkannya.
عن رَبِيعَةُ بْنُ كَعْبٍ الأسلَمِيُّ؛ قَال: كُنْتُ أَبِيتُ مع رَسُولِ اللهِ صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ. فَأَتَيتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ.
فَقَال لِي: “سَلْ”. فَقُلْتُ: أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ. قَال: “أَوْ غَيرَ ذَلِكَ؟ ” قُلْتُ: هُوَ ذَاكَ. قَال: “فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ”
رواه الامام مسلم
- Bagaimana jika kepentingan orang tua bertabrakan dengan kepentingan Guru?
Orang tua sangat berharap agar anaknya mempunyai ilmu yang manfaat dan barokah. Niscaya orang tua akan selalu mendukung akan ikhtiar apapun untuk mewujudkan impian tsb.
Orang tua yang sayang kepada anaknya pasti akan mengalah demi kemaslahatan anaknya, maka ketika mendahulukan kepentingan Guru akan menjadikan keberkahan besar bagi anaknya, orang tua akan ikhlas merelakan agar anaknya masih berkhidmah melayani Gurunya, meskipun ia harus menahan diri atas kepentingan pribadinya. Sebagaimana disebutkan dalam syair yang dikutip dalm kitab Ta’lim Muta’allim:
أُقَدِّمُ أُسْتَاذِي عَلَى نَفْسِ وَالِدِي ** وَإِنْ نَالَنِي مِنْ وَالِدِي الْفضْلَ وَالشَرَف
فَذَاكَ مُرَبِّي الرُّوْحِ وَالرُّوْحُ جَوْهَرُ ** وَهذَا مُرَبِّ الْجِسْمِ وَالْجِسْمُ كَالصَّدَف
(الشاعر: أبو الفتح محمد بن علي النَطْنَزِيُّ ت ٥٥٠ هـ)
“Aku lebih mengutamakan guruku dari orang tuaku, meskipun aku mendapat keutamaan dan kemuliaan dari orang tuaku.”
“Guruku adalah pengasuh jiwaku dan jiwa bagaikan mutiara, sedangkan orang tuaku adalah pengasuh badanku dan badan bagaikan kerangnya.”
Apalagi yang menjadi harapan utama para santri adalah ridlo Guru dan Masyayikh. Karena ridla Allah SWT sangat bergantung pada ridlo mereka. Semakin besar kita dapat membuat mereka bahagia dan ridlo maka semakin kuat barokah ilmu yang kita dapatkan.
Orang tua akan sangat bahagia jika melihat anak-anaknya menjadi generasi yang bermanfaat dan mendapatkan ilmu yang barokah. Karena orang tua akan ikut mendapatkan limpahan keberkahan ilmu dari anak-anaknya tersebut.
Yakinlah, bahwa semakin tulus kita mengabdi dan berkhidmah kepada Guru sehingga membuat Guru kita ridlo dan senang,maka Allah akan menyiapkan orang lain yang akan tulus berkhidmah kepada kita di masa mendatang. Seperti yang ditegaskan dalam kitab tashawuf :
مَنْ خدَم خُدِمَ
Barangsiapa mau melayani maka ia akan dilayani_.
والله أعلم