Setiap manusia pasti pernah berdoa dalam keputusasaan atau keberharapan, ditengah malam atau di keramaian, kita mengangkat tangan, menundukkan hati dan memohon kepada Allah. Namun, seringkali muncul pertanyaan dalam hati “mengapa doa-doaku belum juga dikabulkan?”. Disinilah pentingnya keyakinan bahwa “ijabah tak selalu seketika tapi selalu pasti”. Sebab Allah tidak pernah mengingkari janjinya kepada hamba yang senantiasa berdoa. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Artinya : Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.. (Al Baqarah 2:186)
Ayat ini merupakan janji langsung dari Allah bahwa setiap doa pasti diijabah, tapi bentuk ijabah tidak selalu seperti yang kita harapkan.
Makna ijabah: apa itu pengabulan doa?
Secara Bahasa, ijabah berarti jawaban atau pengabulan. Dalam konteks doa, ijabah berarti respon Allah terhadap permohonan hamba-Nya. Sebagai seorang hamba sudah sepantasnya kita selalu menjalin hubungan dengan-Nya, dengan selalu berprinsip “jangan sampai kita terpaling dari perhatian-Nya”. Tentu kita semua tahu, tidak diperhatikan adalah luka yang tak berbentuk tapi sangat menyakitkan, apalagi jika yang tak memperhatikan adalah tuhan.
Cara Allah mengabulkan doa.
1. Diijabah secara langsung.
Ini adalah bentuk ijabah yang paling sering di harapkan. Misalnya seseorang berdoa untuk kesembuhan, lalu sembuh dalam waktu singkat.
2. Diijabah diwaktu yang tepat.
Karena Allah lebih mengetahui waktu yang tepat, seorang hamba bisa jadi belum siap menerima permintaannya, atau permintaan itu akan lebih baik jika datang nanti. Karena tidak semua yang seketika itu baik buat kita dan sering kali keindahan tidak didapat dengan tergesa-gesa.
3. Diijabah dengan yang lebih baik.
Doa bisa jadi tidak dikabulkan seperti yang diminta karena tidak semua yang diinginkan berdampak baik dalam kehidupan dan Allah lah yang tahu apa yang baik untuk hambanya. Sebagai gantinya, Allah memberi sesuatu yang lebih mulia di dunia atau di akhirat.
Adab dan cara berdoa yang dikabulkan.
- Menghadap kiblat serta mengangkat kedua tangan dengan sekiranya terlihat sudut putih dari ketiak. Kedua tuntunan tersebut adalah tuntunan yang diajarkan baginda Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW bersabda:
عَنْ سَلْمَانَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:”إِنَّ رَبَّكُمْ حَيِيٌّ كَرِيمٌ، يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا” (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ، وَأَبُو دَاوُدَ، وَالْبَيْهَقِيُّ فِي الدَّعَوَاتِ الْكَبِيرَةِ) .
Dari Salman radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Tuhan kalian adalah Dzat yang Maha Pemalu dan Maha Mulia. Dia merasa malu terhadap hamba-Nya apabila hamba itu mengangkat kedua tangannya kepada-Nya (berdoa), lalu Dia mengembalikannya dalam keadaan kosong (tanpa dikabulkan).”
(Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Al-Baihaqi dalam kitab Ad-Da‘awāt Al-Kabīrah)
- Kerendahan hati dan khusyuk. Karena dengan dua hal tersebut kita menampakkan butuhnya kita pada sang pencipta dan bukti keseriusan dalam permohonan kita. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an:
ٱدْعُوا۟ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ
Artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Al A’raf 7:55).
- Yakin atas terkabulnya doa. karena Ketika kita ragu dalam meminta apakah yang dimintai akan yakin dalam memberi?, juga selaras dengan hadist:
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ» . رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ.
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Berdoalah kepada Allah dengan penuh keyakinan akan dikabulkan. Dan ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan tidak bersungguh-sungguh.”
(HR. At-Tirmidzi).
Teruslah berdoa karena Allah selalu mendengar, dan karena doa bukan hanya sebatas permintaan, tapi juga sebuah bentuk ibadah serta bentuk pengakuan bahwa kita butuh Allah. Dan juga yang perlu diingat selain berdoa kita juga harus berusaha. Karena doa tanpa usaha adalah omong kosong sebagaimana usaha tanpa doa adalah sombong. Imam Syafi’i berkata:
وَمَنْ طَلَبَ الْعُلَا مِنْ غَيْرِ كَدٍّ # أَضَاعَ الْعُمْرَ فِيْ طَلَبِ الْمُحَالِ
Artinya: “Dan barang siapa menginginkan kemuliaan tanpa kerja keras, maka ia menyia-nyiakan hidupnya untuk sesuatu yang mustahil.”
Secara khusus yang tertulis dalam syi’iran di atas memang tentang mencari sebuah kemuliaan. Tetapi, secara umum juga bisa di arahkan tentang mencapai sebuah keinginan. Jadi, apapun yang kita inginkan akan tercapai jika kita mau mendoakan serta mengusahakan, bukan dengan hanya bersantai dan berharap sebuah keberuntungan. Ingat! Tujuan kita didunia bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi beribadah dan mengusahakan apa yang kita harapkan.
وَقَدْ قَالَ أَبُو حَازِم اَلأَعْرَج: لَأَنْ أُحْرَمَ اَلدُّعَاءَ أَشَدُّ عَلَيَّ مِنْ أَنْ أُحْرَمَ اَلإِجَابَةَ
Abu Jāzim al-A‘raj berkata: “Sesungguhnya tidak diberi kesempatan untuk berdoa itu lebih berat bagiku daripada terhalang dari jawaban (doa).”