Cinta adalah suatu anugrah yang diberikan Allah subhanahu wata’ala kepada setiap manusia. Cinta juga merupakan fitrah manusia. Tanpa cinta, orang menyebutnya sebagai perasaan hampa. Dengan cinta manusia akan berjuang. Sebagai seorang muslim kita harus menempatkan rasa cinta sebagaimana tempatnya. Agar perjuangannya menghasilkan kebahagian yaitu Bahagia dunia hingga akhirat. Lantas, pada siapa sebenarnya kita harus mencintai ?, dan bagaimana cara kita bercinta ?
- Haruskah kita Bercinta ?
Cara bercinta yang berbuah kebahagian dunia dan akhirat. Maka rasa cinta harus kita curahkan sepenuhnya kepada dzat yang mampu membuat kita bahagai. Tidak lain dzat itu adalah Allah subhanahu wata’ala. Karena hanya Allah subhanahu wata’ala lah dzat yang mampu menciptakan kebahagian yang sesungguhnya. Allah subhanahu wata’ala adalah pencipta segala sesuatu yang ada. Merupakan kewajiban bagi seorang hamba untuk mencintai-Nya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
Artinya : “Dan orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah” (QS. Al-Baqarah: 165).
Sebagai seorang muslim yang beriman, mencintai Allah subhanahu wata’ala harus menjadi prioritas utama. Sehingga rasa iman dan ketakwaan kita padanya akan semakin bertambah dan sempurna. Sebagai seorang mukmin yang sejati, wajib pula hukumnya mencintai Nabi Muhammad shallahu`alaihi wasallam. Karena Nabi Muhammad shallahu`alaihi wasallam adalah orang yang dicintai dan diridai oleh Allah subhanahu wata’ala. Beliau dipilih untuk menjadi utusan bagi seluruh alam semesta. Menyampaikan suatu kebenaran yang akan menjadikan umat bahagia dunia hingga akhiratnya.
Nabi Muhammad shallahu`alaihi wasallam sangat mencintai umatnya. Beliau rela melewati cobaan dan kesulitan demi menyampaikan agama pada kita. Beliau pernah dipukul, dicerca, dan dihina. Beliau pernah dimusuhi saudaranya, dianggap gila, bahkan diusir dari negerinya. Semua itu beliau lakukan demi tersampaikannya agama kepada kita. Maka wajib bagi kita mencintai Allah subhanahu wata’ala dan juga Nabi Muhammad shallahu`alaihi wasallam lebih dari segalanya. Nabi shallahu`alaihi wasallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ، وَوَالِدَيْهِ، وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Artinya : “Tidak sempurna keimanan seseorang diantara kamu sampai saya lebih dicintainya dibandingkan anaknya, kedua orangtuanya, dan seluruh manusia”. (HR. Bukhori: ke-15, Muslim: ke-44).
Dengan mencintai Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallahu`alaihi wasallam sepenuh hati dan melebihi segalanya, maka kita akan bisa merasakan betapa indah dan manisnya beriman. Jika kita sudah merasakan ini, maka tidak ada kesulitan didunia, yang ada hanyalah kebahagian. Inilah yang pernah dirasakan oleh sahabat Bilal bin robbah, beliau merasakan indah dan manisnya beriman. Meskipun dia harus menahan panasnya pasir dan terik surya, beratnya batu yang menimpanya, serta hinaan menyakitkan yang dilakukan oleh Umayyah, rasa manis dari iman Bilal menjadi kekuatan untuk melewatinya. Bahkan disaat Umayyah terus menyiksanya. Mulut bilal terus mengucapkan “ahad, ahad, dan ahad…” isyarat kepada tuhan yang maha esa.
Indah dan manisnya beriman, buah cinta ini juga membuat Khabab bin Al-Art seakan tak merasakan luka-luka menganga di tubuhnya yang disalib oleh kafir Quraisy. Bahkan saat ia ditanya, bagaimana jika Rasulullah yang menggantikanya. Khabab bin Al-Art dengan manisnya menjawab: “Bahkan aku tak rela jika kaki Rasulullah tertusuk duri”. Rasulullah shallahu`alaihi wasallam bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ: مَنْ يَكُنِ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَمَنْ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ إِلَى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ بِهِ فِي النَّارِ
Artinya : “Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. Diantaranya yaitu: Menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata hanya karena Allah, dan membenci orang yang kembali pada kekufuran sebagaimana ia membenci jika akan dilempar ke dalam api neraka”. (HR. Bukhari: ke-16)
Bercintalah sampai kita merasakan keindahan dan kebahagian. Kebahagiaan yang hakiki hanya ada dalam cinta yang suci. Cinta karena ilahi rabi. Lantas bagaimanakah cinta karena ilahi rabi itu ?
- Cara Bercinta
Setiap muslim akan menjawab “Aku mencintainya”, jika ia ditanya “Apakah kamu mencintai Allah dan Rasul-Nya…?. Namun apakah benar ia tulus mencintai atau hanya manis bibir saja. Oleh karena itu kita harus tahu bagaimana cara bercinta. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Katakanlah: “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad shallahu`alaihi wasallam), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Ali Imran: 31)
Pada firman Allah subhanahu wata’ala di atas disebutkan dengan lafaz ittiba’ (patuh), yang menandakan adanya kedekatan. Karena dampak dari cinta seseorang terhadap orang lain adalah terwujudnya kedekatan diantara keduanya, dan kecintaan seseorang kepada Allah subhanahu wata’ala selalu bergantung kepada ittiba’ (patuh) hamba kepada Rasulullah shallahu`alaihi wasallam.
Dalam kitab tafsir Al-Jalalain diterangkan, bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang menyembah berhala, ketika mereka mengatakan, “Kami menyembah berhala karena cinta kepada Allah, agar mereka (berhala-berhala) itu mendekatkan kami pada-Nya”. Akhirnya Allah memerintahkan Nabi Muhammad shallahu`alaihi wasallam untuk mengatakan kepada mereka, “Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku”, yaitu mentauhidkan Allah (tidak menyembah pada selain-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun). Ayat ini juga merupakan hakim bagi setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah subhanahu wata’ala namun tidak mengikuti Rasulullah shallahu`alaihi wasallam, tidak mentaati perintahnya dan menjauhi larangannya, maka pengakuan cinta orang ini adalah dusta. Sehingga barometer kecintaan hamba kepada Allah subhanahu wata’ala adalah sejauh mana ittiba’nya (patuhnya) kepada Rasulullah shallahu`alaihi wasallam.
Jadi cara mencintai Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallahu`alaihi wasallam adalah mengikuti dan menjalankan sunah Rasulullah shallahu`alaihi wasallam, melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya, mendahulukan itu semua dari hawa nafsu kita. Sehingga Allah subhanahu wata’ala akan membalas hasil ketaatan kita kepada Rasulullah shallahu`alaihi wasallam dengan mencintai kita. Dan bentuk kecintaan-Nya kepada hamba-Nya adalah berupa ampunan, rahmat, dan hidayah ke jalan yang menyelamatkan kita.
Orang yang mencintai suatu hal tentu akan banyak mengingat dan menyebutnya. Karena hal ini yang menjadikan tumbuh dan bersinambungnya kecintaan. Oleh sebab itu, kita harus selalu mengingat Allah subhanahu wata’ala dengan berzikir kepada-Nya, dan mengingat Rasulullah shallahu`alaihi wasallam dengan memperbanyak membaca shalawat padanya. Karena hal ini selaras dengan ma’na yang disampaikan kalam
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّه مُحَمَّد رسولُ اللَّه
Dalam sehari semalam yang ada 24 jam, kita harus selalu mengingat Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallahu`alaihi wasallam. Makna ini disampaikan dari jumlah huruf kalam suci tersebut, yaitu 24 huruf yang termaktub.
Semoga kita dapat mencintai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallahu`alaihi wasallam sebagai mestinya. Dan semoga bukan cinta dusta, cinta yang hanya manis bibir saja. Melainkan cinta hakiki, bersungguh-sunguh dalam mengikuti.
Samsung Demo Phone
The Samsung Demo Phone currently tops our rank of the greatest Samsung phones available, beating even the pricier iPhone Ultra Max Mega.
So unsurprisingly this is an absolutely fantastic phone. The design isn't massively changed from the previous generation, but most other elements have been upgraded. This is what we call a big boost.
-
Display
-
Performance
-
Features
-
Usability
-
Battery Life